Thursday, December 08, 2011

5 Alasan Pengguna Awam PC Windows Diharapkan Pindah ke Linux

  1. Linux seperti BlankOn itu program atau software yang boleh digunakan untuk siapa saja, termasuk yang tidak "tahu" lisensi. Windows hanya utk yang "tahu" lisensi shg pengguna PC yang tidak tahu lisensi bisa dituduh melanggar hukum karena membeli PC berisi Windows ilegal atau bajakan. 
  2. Linux seperti BlankOn itu aman dari virus sehingga pengguna PC awam tidak perlu belajar dan install anti virus seperti ketika masih pakai Windows. 
  3. Linux seperti BlankOn itu cukup install dari sebuah CD atau DVD sudah berisi program office dan grafis. Sedangkan install Windows belum otomatis ada office dan grafis, kecuali sudah ada dalam PC ketika dibeli. 
  4. Linux seperti BlankOn itu produk Indonesia dengan menu dan ada manual berbahasa Indonesia sehingga mudah digunakan dan tidak melanngar hukum Indonesia jika diperjualbelikan, termasuk untuk mengikuti tender proyek pemerintah. Tidak ada Linux BlankOn BM (Black Market) karena boleh dijual di tempat gelap maupun terang...hihihi ini canda
  5. Linux seperti BlankOn itu barang halal, shg dapat dijadikan sarana amal dengan mengcopy dan membagi ke siapa saja untuk beramal. Mengcopy dan membagi Windows tanpa izin atau beli lisensi itu melanggar hukum negara dan agama meskipun utk amal.

Saturday, November 19, 2011

Merdeka atau Mati

Merdeka atau Mati ... 

Masih menyambut Hari Pahlawan yang setiap tahun diperingati selalu memotivasi saya untuk mengobarkan jiwa kepahlawanan. Saat ini, perang untuk menguasai sebuah negara tidak lagi harus dengan senjata pemusnah badan, tapi dengan senjata pemusnah jiwa. Mati tidak berarti mati badan, tapi bisa "mati" jiwa. Jika jiwa rakyat suatu negara dikuasai negara lain, sangat mudah negara lain itu menguasai badannya pula. "Perang" kini dilakukan tidak hanya dari satu-dua sisi atau bidang, tapi dari banyak bidang, salah satunya dari bidang TIK (teknologi informasi dan komunikasi).

"Serangan" melalui  TIK juga dapat menggunakan banyak jenis "senjata". Contoh pertama, messenger (chat, bbm, dsb), email, social networking, dan SMS/MMS, yang seluruh datanya disimpan oleh pihak asing. Artinya apa? Banyak komunikasi penting dan rahasia suatu negara dapat dibaca oleh negara lain yang menguasai/memiliki server atau infrastruktur utama TIK. Contoh kedua program komputer untuk pemerintahan, jika menggunakan software tertutup (proprietary) maka tidak ada yang bisa menjamin data tidak bocor ke luar negeri. Kedua contoh itu juga saling terkait, karena messenger, email, dan sms juga menggunakan software. Dengan 2 contoh itu saja, apakah ada solusinya agar kita lebih merdeka? Jelas ada, kalaupun belum bisa 100 persen merdeka, paling tidak bisa mengurangi "penjajahan".

Solusi contoh pertama, pastikan komunikasi penting atau rahasia tidak menggunakan server asing, misal untuk email rahasia gunakan server sendiri. Solusi contoh kedua, gunakan software terbuka atau FOSS (Free/Open Source Software) sehingga dapat dipastikan keamanannya dan dapat dikuasai tanpa harus tergantung ke pihak asing. Misalnya dengan menggunakan Linux dan FOSS lainnya.

Masih banyak lagi contoh senjata lainnya dari bidang TIK. Belum lagi bidang-bidang lain seperti hiburan, makanan/minuman/hirupan, pakaian, pergaulan dan jiwa sosial lainnya (melunturkan kesetiakawanan, meningkatkan hedonis), dsb. Silakan Anda pikirkan atau tuliskan di blog masing-masing lalu sebarkan melalui sarana TIK bahwa jiwa kepahlawanan tidak lagi harus mengobarkan semangat perang dengan senjata modern seperti nuklir dan pesawat tempur, apalagi hanya bambu runcing, tapi bisa dengan mengobarkan semangat kemandirian dan kemerdekaan dari tekanan atau pengaruh negatif asing.

Tulisan ini bukan anti asing, tapi anti penjajahan. :-)

Friday, October 28, 2011

Anda Setuju Sumpah Pemuda?

Anda Setuju Sumpah Pemuda? ...

Ketika saya ditanya dengan pertanyaan ini, saya tidak langsung menjawab setuju. Bukan berati saya tidak setia dengan Sumpah Pemuda, tapi saya perlu berpikir lebih dulu apa akibat dari sumpah itu. Mengaku bertumpah darah yang satu Tanah Air Indonesia, tidak ada masalah bagi saya. Apalagi mengaku berbangsa yang satu Bangsa Indonesia, saya sangat setuju dan setia. Tapi menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia, saya renungkan dulu, ... dan saya juga setuju :-)

Menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia saya maknai ketika saya berkomunikasi dengan sesama bangsa Indonesia, saya harus menggunakan Bahasa Indonesia. Buku yang saya tulis untuk bangsa Indonesia harus berbahasa Indonesia. Dan software komputer yang saya promosikan untuk bangsa Indonesia harus berbahasa Indonesia.

Maka dari itu, saya menulis blog ini menggunakan software BlankOn buatan teman-teman saya orang Indonesia, yang setia dengan sumpah pemuda, melalui software buatannya. Meskipun saya pernah bertanya, mengapa bernama BlankOn, dan mengapa tidak belangkon? Saya dapat jawaban itu hanya nama, dan nama berbau asing yang punya banyak makna itu tidak mengurangi semangat para pengembang dan penggunanya untuk setia menggunakan Bahasa Indonesia, selain menguasai "bahasa ibu" dan bahasa asing yang berguna untuk berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Monday, September 19, 2011

Sumpah Pemuda dengan BlankOn

Sumpah Pemuda dengan BlankOn ... 

Saya pernah ditanya mengapa sangat getol mempromosikan nama BlankOn sebagai sistem operasi "komplit" buatan Indonesia, bukankah nama itu identik dengan Jawa? Saya jawab, BlankOn bukan belangkon dan tidak hanya mendukung aksara Jawa. BlankOn diharapkan menjadi nama pemersatu para pengembang, pebisnis, pengguna TIK berbasis FOSS di Indonesia. 

Indonesia itu ada karena ada suku-suku dan ada bahasa-bahasa: Aceh, Ambon, Bali, Batak, Bugis, Dayak, Jawa, Madura, Sunda, dan lain-lain. 
(Urut abjad sebagian nama suku di Indonesia). 

Ingat sumpah pemuda, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, yang artinya ada banyak nusa, banyak bangsa (suku), dan banyak bahasa, yang dipersatukan dengan nama Indonesia. BlankOn telah mendukung beberapa aksara bahasa-bahasa itu dengan bahasa utama Bahasa Indonesia. 

Ngomong-ngomong, dua tahun terakhir ini Linux menunjukkan pertumbuhan sangat tinggi sebagai sistem operasi komputer mobile atau smartphone. Android yang berbasis Linux saat ini telah merajai dunia dengan menguasai sekitar 40 persen pasar smartphone. Belum lagi Meego, WebOS, dan Chrome yang semuanya berbasis Linux dan digunakan vendor-vendor raksasa seperti Nokia, HP, dan Google. 

Apa yang membuat para vendor besar itu “jatuh cinta” kepada Linux? Alasan utamanya juga karena Linux bebas dikembangkan secara bersama, sehingga semua vendor diuntungkan. Ini sejalan dengan yang dilakukan para ilmuwan sejak dulu, bersatu bahu-membahu mengembangkan iptek untuk kepentingan bersama. Itu juga semangat sumpah pemuda dalam skala dunia di bidang iptek. 

Lalu bagaimana dengan Linux di komputer desktop? Inilah area yang saat ini belum dikuasai Linux, meskipun banyak distro atau varian Linux yang telah memenuhi kebutuhan umumnya pengguna komputer. Penyebabnya adalah ketergantungan yang lama terhadap software proprietary, ditambah masih bebasnya menggunakan software ilegal alias bajakan. Namun banyak pengamat memprediksi Linux akan menjadi sistem operasi masa depan untuk desktop, mengikuti jejak server dan mobile. Dan BlankOn telah siap sebagai produk Linux desktop dan server Indonesia, yang juga sedang dikembangkan menjadi produk mobile. 

Monday, July 18, 2011

Beberapa Contoh Memahami Perbedaan


Anda pernah membaca atau mendengar kalimat "Sepakat untuk Tidak Sepakat"? Jika pernah dan Anda sepakat bahwa kita bisa "sepakat untuk tidak sepakat", maka kita sama-sama memahami adanya perbedaan.

Perbedaan pendapat itu bisa terjadi (antara lain) karena perbedaan acuan yang digunakan untuk berpendapat. Sebagai contoh, pengguna Linux yang baru mencoba Windows berpendapat menggunakan Windows itu susah, karena acuan dia berpendapat adalah menggunakan Linux. Demikian pula sebaliknya, pengguna Windows yang baru mencoba Linux berpendapat Linux itu susah. Ini juga terjadi pada pengguna smartphone atau PC tablet, ada yang cocok dengan Android, ada yang pilih Meego, ada pula yang pilih IOS (Ipad/Iphone), dsb.

Sesama pengguna Linux pun ada banyak perbedaan. Misal Linux BlankOn dinilai mudah bagi yang biasa pakai Ubuntu. Lalu Linux IGN (IGos Nusantara) juga dinilai mudah bagi yang biasa pakai RedHat atau Fedora. Bahkan dengan distro Linux yang sama, ada yang berpendapat mudah akses web dengan Chromium/Chrome, ada yang pilih Firefox, dan ada pula yang pilih Opera.

Ini keluar topik Linux, meskipun untuk memahaminya sebaiknya menggunakan Linux dan program Kstars atau Stellarium. Menentukan kapan 1 Ramadhan dan kapan 1 Syawal juga terjadi beda pendapat, karena beda acuan, meskipun sama-sama berpendapat sesuai dengan kitab suci (Al Qu'ran) dan sunnah Nabi SAW. Ada yang berpendapat untuk menentukan tanggal 1, mata harus melihat bulan ketika malam ke-30 di bulan berjalan. Jika mendung, genapkan bulan itu menjadi 30 hari. Ada yang berpendapat tanggal 1 ditentukan jika bulan sudah ada di atas ufuk, dilihat dari suatu wilayah, meskipun belum dapat dilihat dengan mata. Belum lagi yang menggunakan acuan atau kriteria selain itu, misal acuan wilayah pengamatan, apakah harus seluruh Indonesia atau cukup dari salah satu tempat di Indonesia.

Contoh, pendapat pertama dan kedua akan mengawali puasa tahun 1432H ini pada Senin 1 Agustus 2011 karena ketinggian bulan dilihat dari berbagai wilayah di Indonesia pada Minggu sore 31 Juli 2011 sekitar 8 derajat. Kemudian saat menentukan 1 Syawal, pendapat pertama akan berlebaran (1 Syawal) pada 31 Agustus karena ketinggian bulan saat matahari terbenam pada 29 Agustus baru sekitar 2 derajat sehingga tidak bisa dilihat dengan mata. Pendapat kedua akan berlebaran pada 30 Agustus karena ketinggian bulan 2 derajat itu menunjukkan bulan sabit sudah ada, alias wujudul hilal.

Seandainya semua ulama/umara penentu kebijakan 1 Ramadhan dan 1 Syawal mau belajar dari para pengguna Linux (maaf kalau ini terkesan berlebihan), maka akan terjadi "sepakat untuk tidak sepakat" sehingga semua umat muslim di Indonesia berlebaran pada 30 Agustus atau 31 Agustus atau tanggal lain (?). Hanya Tuhan Allah yang pasti tahu mana yang paling benar. Manusia ditugaskan belajar dan berusaha sesuai dengan petunjuk-Nya.

Saturday, June 25, 2011

Pro-Kontra Sertifikasi SDM Linux

Pro-Kontra Sertifikasi SDM Linux ...

Mengapa sertifikasi SDM (termasuk kompetensi komputer berbasis Linux) kadang ditanggapi pro dan kontra? Penyebabnya antara lain ada SDM yang memperoleh kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan setelah memiliki sertifikat kompetensi (pro) dan ada SDM yang mendapatkan pekerjaan dengan mudah meskipun tidak memiliki sertifikat kompetensi lalu menilai sertifikasi tidak berguna (kontra).

Saya lihat keduanya benar sesuai kondisi masing-masing, sehingga pro-kontra ini tidak bertentangan. Sertifikasi itu hanya cara mendapatkan bukti atau pengakuan bahwa seseorang kompeten di suatu bidang. Bukti itu dibutuhkan misalnya untuk melamar kerja pada perusahaan atau lembaga yang membutuhkan bukti.

Sertifikasi kadang juga dibutuhkan untuk proses seleksi atau lelang proyek pengadaan barang/jasa, sebagai salah satu kriteria penilaian. Di bidang personalia atau pengembangan SDM, sertifikasi bisa dijadikan salah satu kriteria penentuan gaji dan atau jabatan.

Contoh sertifikasi Linux di Indonesia diselenggarakan oleh YPLI ada di Sertifikasi BlankOn. Contoh lain yang telah diakui secara internasional ada di Linux Professional Institute.

Thursday, June 23, 2011

Memahami Software Komersial dan Non Komersial

Memahami Software Komersial dan Non Komersial... 

Salah satu pernyataan RMS (Richard M. Stallman, tokoh GNU dan Yayasan Free Software) yang menarik perhatian saya adalah free software BUKAN tidak boleh dikomersialkan. Pernyataan ini seperti bertentangan dengan pernyataan lisensi beberapa software "gratis" lainnya yang melarang dikomersialkan. Mengapa demikian?

Bisa jadi itu tidak bertentangan, karena komersial pertama (versi RMS) adalah menjual software atau barang/jasa lain yang terkait software tanpa menjual lisensi (izin), sedangkan komersial pada pernyataan kedua adalah menjual lisensi (izin). Bisa jadi pula itu memang bertentangan, jika maksud komersial pada pernyataan kedua juga melarang penjualan software meskipun tidak menjual lisensi. Bahkan ada yang melarang software "gratis"-nya digunakan untuk usaha/kegiatan yang bersifat komersial.

Kesimpulan saya, suatu karya berlisensi FOSS (Free/Open Source Software) dapat dikomersialkan, dengan syarat dan ketentuan berlaku sesuai dengan jenis lisensi masing-masing karya. Komersialisasi software tidak harus menjual lisensi, tapi bisa juga menjual hardware yang berisi software, menjual jasa pemasangan dan perawatan software, menjual tambahan atau modifikasi software, menjual jasa dukungan teknis, menjual jasa pelatihan untuk pengembang/pengguna, dan lain-lain.

Bahkan, karena secara hukum formal menjual lisensi software (proprietary) itu boleh, maka menjual lisensi karya Non FOSS yang dijalankan bersama karya FOSS juga boleh. Jadi, FOSS seperti juga Proprietary dapat dikomersialkan, kecuali ada pernyataan lisensi suatu produk yang melarang orang mendapatkan uang dengan produk itu dengan cara apapun. Adakah produk yang benar-benar Non Komersial? Ada, misalnya "hati" kita. :-)

Tuesday, June 21, 2011

Brasil Negara Berhasil

Brasil Negara Berhasil... 

Semua orang tahu, Brasil negara berhasil di bidang sepakbola, sehingga saya tidak perlu ceritakan lagi di sini. Bagaimana Indonesia?

Banyak orang tahu, Brasil negara berhasil membuat pesawat jet penumpang, sehingga Juni 2011 ini Indonesia memesan 30 biji. Bagaimana Indonesia? Indonesia pernah bermimpi membuat pesawat jet serupa, N2130, selain pesawat berbaling-baling, N250.

Apakah Anda tahu, Brasil juga negera berhasil di bidang TI dengan mengembangkan dan menggunakan Linux/FOSS? Ratusan ribu hingga jutaan komputer di pemerintahan dan pendidikan Brasil telah terpasang Linux/FOSS. Diperkirakan puluhan juta orang Brasil telah menggunakan Linux untuk belajar dan bekerja sehari-hari. Bagaimana Indonesia? Indonesia, Go Open Source! Pemerintah punya target 31 Desember 2011 tidak ada lagi software bajakan di pemerintah karena telah beralih ke Linux/FOSS.

NB:
Saya belum pernah pergi ke Brasil dan tulisan ini bukan promosi Brasil. Cerita ini saya rangkum dari berita tv dan internet untuk promosi keberhasilan. Semoga Indonesia bisa berhasil seperti Brasil saat ini, dan semoga Indonesia tidak jadi negara gagal.  :-)

Wednesday, May 11, 2011

Anak-pinak Linux dan Unix

Anak-pinak Linux dan Unix ...

Pesta penuh ceria terjadi di berbagai belahan dunia untuk menyambut kedatangan Linux Ubuntu 11.04 yang namanya Natty Narwhal. Kita bisa lihat daftar penyelenggara yang tercatat di sini. Saya yakin masih banyak lagi penyelenggara pesta rilis yang tidak mendaftarkan diri ke pusat Ubuntu, misalnya yang akan terlaksana pada Sabtu 14 Mei di Depok dan Minggu 15 Mei di Semarang (klik di sini).

Ubuntu yang Open Source itu memiliki keturunan atau "anak" di Indonesia, yakni BlankOn. Dalam waktu dekat, pengembang BlankOn akan merilis versi 7 yang diberi nama Pattimura. Kalau BlankOn disebut anak Ubuntu, maka Ubuntu adalah anak Debian. Semua itu merupakan sistem operasi komputer terkenal yang berisi kernel Linux plus program-program dari pengembang GNU (GNU's Not Unix) dan pengembang lainnya. Unix merupakan cikal-bakal Linux, tapi Linux bukan anak Unix, karena Linux tidak dibuat dari kode program Unix. Sistem operasi terkenal untuk hp dan komputer tablet yang berisi kernel Linux adalah Android.

Unix punya banyak varian, antara lain IBM AIX, HP UX, Sun/Oracle Solaris, dan BSD. BSD dan software lainnya digunakan oleh Apple membuat Darwin. Darwin diturunkan kembali menjadi Mac OSX, yang kemudian punya "anak" IOS sebagai sistem operasi untuk hp iPhone dan komputer tablet iPad.

Saturday, April 16, 2011

Model Bisnis Open Source

Model Bisnis Open Source...

Open Source Software atau Free Software tidak identik dengan produk gratis. Kedua istilah itu hanya merupakan konsep pembuatan dan penyebaran, termasuk penjualan software dan jasa/barang terkait software. Banyak peluang wirausaha berbasis teknologi atau technopreneur dengan memanfaatkan konsep Open Source. Berikut ini beberapa model bisnis yang telah digunakan banyak perusahaan dengan sukses.

1. Competency-based services: Jasa berbasis kompetensi tanpa punya produk sendiri. Contoh: LPI (sertifikasi), NF (pelatihan), dll.

2. Distribution, services, and branding: Jasa plus produk. Contoh: RedHat, BlankOn, dll.

3. Widget frosting: Menjual produk seperti hardware (widget) yang menggunakan OSS (frosting). Contoh: Acer, IBM, Samsung, dll.

4. Accessorizing: Majalah, buku, CD/DVD, dll.

5. Loss Leader: Mengubah produk jadi FOSS agar tetap memimpin pasar. Contoh: Mozilla

6. Free the software, sell the brand: Membebaskan lisensi (FOSS), dan menjual merek. Contoh: Google dengan Android-nya.

7. Dual licensing: Merilis produk dalam dua lisensi FOSS & Proprietary. Contoh: MySQL.

8. Dual mission: Mirip dengan dua licensing, bedanya di sistem pemaketan, jasa lain, dan support. Contoh: Sendmail dan Zimbra.

9. Buat software proprietary untuk dijual di atas distro Linux (ikut develop Linux). Contoh: Oracle, VMWare, Adobe, dll.

10. Menggabungkan software proprietary dengan FOSS untuk aplikasi khusus. Contoh: Covalent (ikut develop Apache), dll.

11. Memaket produk Proprietary dan FOSS dengan hardware. Contoh: Mikrotik, produsen smartphone dan tablet Android, dll.

Saya akan diskusikan itu semua dalam seminar di Stimik Amikom Jogja, Sabtu, 16 April 2011, setelah makan siang. Termasuk studi kasus dengan menggunakan merek BlankOn, InfoLINUX, dan Nurulfikri.

Wednesday, March 30, 2011

Selamat Hari Kemerdekaan Dokumen

Selamat Hari Kemerdekaan Dokumen...

Rabu 30 Maret 2011 ini Hari Kemerdekaan Dokumen dirayakan di berbagai belahan dunia. Barangkali Anda bertanya, mengapa dokumen dimerdekakan? Apakah kalau ada dokumen merdeka berarti ada dokumen terjajah?

Maksud kemerdekaan dokumen adalah Anda bebas mengontrol semua dokumen yang Anda buat, Anda miliki, Anda simpan, sampai kapan pun juga, jika Anda menggunakan format dokumen terbuka ODF (OpenDocument Format). Lalu apa itu ODF?

ODF adalah "standar terbuka dan bebas" yang disepakati bersama (ISO/IEC 26300:2006, SNI 26300:2011) dalam pembuatan dokumen perkantoran, seperti pemformatan teks, spreadsheet, presentasi, dan gambar. Salah satu program perkantoran yang telah lama menggunakan ODF adalah OpenOffice/LibreOffice. Kesepakatan bersama menggunakan standar terbuka ini berlaku sejak 2006 melalui badan standar dunia ISO (international organization for standard), IEC (International Electrotechnical Commission), dan SNI (Standar Nasional Indonesia). Lalu mengapa harus terbuka dan bebas?

Dengan mengggunakan ODF yang terbuka dan bebas, Anda mengontrol sepenuhnya semua dokumen yang Anda buat, tidak bergantung ke vendor tertentu, dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk royalti atau lisensi atas penggunaan format itu. Sebaliknya jika Anda menggunakan format perkantoran yang tidak sepenuhnya terbuka dan bebas, Anda akan tergantung ke vendor tertentu yang tidak mau membuka dan membebaskan format dokumen yang dibuat dengan program/produk vendor itu. Contohnya? Anda pasti tahu apa nama program dan siapa vendornya. :-)

Sunday, March 27, 2011

Fakir-miskin juga Berhak jadi Teknokrat



Fakir-miskin juga Berhak jadi Teknokrat...

Di Minggu pagi yang cerah 6 Maret 2011, saya silaturahim ke sebuah pesantren "Open Source" di belakang masjid Kubah Emas Cinere Depok. Saya melihat semangat para santri yang luar biasa untuk menguasai teknologi informasi berbasis Open Source.

Pesantren yang dikelola bersama antara Yayasan Profesi Terpadu Nurul Fikri (LP3T-NF) dan LAZIS PT PLN ini istimewa karena tiga hal: 1) kurikulumnya mencakup teknologi, kewirausahaan/kepemimpinan, dan akhlak mulia, 2) perangkat lunak yang digunakan dan dipelajari berbasis Open Source, 3) semua santrinya berasal dari keluarga dhuafa atau fakir-miskin. Setahu saya, ini satu-satunya pesantren "Open Source untuk Fakir-miskin" yang ada di dunia. Kalau ada pesantren serupa di tempat lain, mohon Anda beri tahu saya. Para pengelola pesantren ini berharap ada banyak pesantren serupa di Indonesia.

Tiga latar belakang pendirian pesantren ini adalah: 1) kurangnya pemimpin yang memiliki wawasan iptek dan berakhlak mulia, 2) kurangnya tenaga ahli di bidang TI berbasis Open Source, 3) sedikitnya keluarga fakir-miskin yang memiliki kesempatan menjadi ahli TI dan pemimpin di berbagai lini kehidupan. Menurut kami, anak dari keluarga fakir-miskin juga punya hak dan kewajiban menjadi teknokrat, yakni pemimpin formal (birokrat) maupun non formal yang dijadikan pemimpin karena penguasaannya di bidang ICT (teknologi).

Mungkin ada yang bertanya, mengapa berbasis Open Source? Karena telah banyak bukti bahwa untuk menguasai teknologi informasi secara bebas tanpa ketergantungan pihak lain harus menggunakan konsep Open Source, software yang bebas digunakan, dipelajari, dan disebarluaskan secara legal tanpa harus membeli lisensi.

Catatan: Kata Open Source ini mewakili gerakan Free Software dan Open Source Software, dengan contoh produk bernama sistem operasi Linux, aplikasi perkantoran LibreOffice, pemrograman Python, Java dan PHP, database MySQL dan PostgreSQL, server web Apache, server email Postfix, server proxy Squid, menggambar dengan Inkscape, dan mengedit foto dengan Gimp, dan lain-lain.

Friday, March 25, 2011

Pejuang BlankOn yang Tak Kenal Lelah

Pejuang BlankOn yang Tak Kenal Lelah...

Di kampung saya, kata "berjuang" itu biasa digunakan untuk menyebut pekerjaan guru honorer. Disebut berjuang karena mau mengajar tanpa gaji. Kalaupun ada honor, nilainya hanya cukup untuk makan sehari-hari dirinya sendiri. Kalau guru honorer ingin memberi makan istri dan anaknya, maka harus cari uang dari pekerjaan lainnya. Mengapa para guru itu mau berjuang? Karena para guru itu punya semangat dan passion, bahwa menjadi guru atau berbagi ilmu itu akan membuatnya bahagia, meskipun pekerjaan itu tidak seketika memberinya uang. Bahagia tidak diukur dari uang, tapi dari kegiatannya memberi manfaat untuk banyak orang.

Kata "berjuang" juga sangat tepat saya gunakan untuk kegiatan para pengembang ilmu pengetahuan, dan pengembang program komputer seperti yang Anda gunakan untuk membaca tulisan saya ini. Pelakunya disebut pejuang. Contoh karya pejuang yang sederhana tapi sangat nyata manfaatnya adalah pengembangan Linux BlankOn. Para pejuang BlankOn sejak 2005 saling berbagi ilmu, pengalaman, dan keahlian dengan sesama pengembang dan pengguna software Open Source di Indonesia, bahkan sebagian juga bergabung dengan pengembang luar negeri dari berbagai belahan dunia.

Para pejuang BlankOn bekerja keras tanpa lelah, di sela-sela kesibukannya bekerja mencari rezeki. Saya melihat para pejuang BlankOn juga selalu bahagia dalam setiap kegiatannya, seperti ketika para pejuang itu menyelenggarakan Konferensi BlankOn di Bogor pada 2009 dan di Surabaya 2010. Mereka datang berkumpul dengan biaya sendiri, dan berbagi untuk menghasilkan karya yang dapat digunakan bersama pengembang dan orang lain, tanpa meminta honor atau bayaran lisensi sepersen pun. Kalau pun ada honor, nilainya tidak seberapa dibanding nilai perjuangannya.

Tapi, Tuhan yang Maha Adil benar-benar membuktikan keadilan-Nya. Para pejuang di dunia iptek, termasuk pengembang BlankOn, tidak ada yang mengeluh karena telah bergabung sebagai pejuang. Tidak ada yang menderita karena tugasnya sebagai pengembang. Semua bahagia sesuai dengan ukurannya masing-masing. Saya percaya, Tuhan akan memberikan rezeki kepada para pejuang yang bekerja untuk sesama dan mengharap ridha-Nya dari arah yang tidak selalu kita ketahui.

Anda ingin bergabung dengan para pejuang? Segera unduh BlankOn 7 Pattimura versi jahitan atau beta 2 dari sini.

Sunday, February 27, 2011

Jika Linux hanya Android

Jika Linux "hanya" Android...

Android telah membuat Linux dan Open Source menjadi sangat "manusiawi" dan "nyaman" digunakan. Pengguna Android merasakan Linux yang ada di hp (handphone/smartphone) atau tablet-nya itu bukan barang aneh. Lalu mengapa Linux selain Android tidak/belum bisa seperti Android?

Penyebab pertama Android mudah diterima pengguna hp dan tablet (Android-Pad) adalah karena Android menggabungkan Linux dan program-programnya dengan perangkat keras hp dan tablet dalam satu paket perakitan dan penjualan. Itu tidak/belum terjadi dengan umumnya sistem operasi Linux non Android. Umumnya Linux masih dikembangkan secara "mandiri" atau terpisah dengan perakitan komputer. Selain Android, hanya beberapa Linux yang sukses dalam penjualan karena berhasil memaket dengan perakitan dan penjualan hardware ini, salah satu contohnya Linux RedHat yang dipaket dalam penjualan server. Kita masih menunggu Linux Meego yang sedang ditinggal induknya - Nokia. Kita juga masih menunggu BlankOn versi selanjutnya. :-)

Penyebab kedua Android mudah diterima pengguna adalah keberhasilan memenuhi kebutuhan pengguna hp yang tidak seluas kebutuhan pengguna komputer. Padahal kita tahu komputer itu sangat luas penggunaannya dan selama ini hanya berisi program proprietary, mulai dari office hanya MS Office, grafis hanya Photoshop dan Coreldraw, pengolah data hanya SPSS, pemrograman hanya VB, main game online hanya tersedia untuk Windows, dsb.

Penyebab ketiga, pengguna hp sudah terbiasa dengan perubahan menu dan tampilan. Pengguna hp tidak merasa aneh ketika berpindah dari satu merek ke merek hp yang lain, meskipun perlu belajar atau menyesuaikan diri. Ini tidak terjadi dengan umumnya pengguna komputer yang tidak biasa dengan perubahan sistem operasi, tahunya komputer itu hanya Windows dan maunya hanya pakai Windows. :-)

Jadi, "nasib" Linux di komputer akan sangat berbeda jika Linux "hanya" Android. Artinya:
  • Linux dipaket dalam perakitan dan penjualan komputer desktop, netbootk, notebook, dan server.
  • Pengguna komputer mau pakai office selain MS Office, pengolah foto selain Photoshop, penggambar selain CorelDraw, pemrograman selain VB, game online yang tersedia di Linux, dan lain-lain.
  • Pengguna komputer menyadari bahwa berganti menu dan tampilan desktop itu hal biasa, seperti berganti merek hp saja.

NB: Nama-nama program yang saya sebut itu hanya contoh, masih banyak program sejenis atau program untuk penggunaan lain yang telah menjadi "ketergantungan" pengguna komputer tapi hanya tersedia untuk Windows.

Monday, January 31, 2011

Dosa-dosa TIK oleh Bangsa Indonesia

Dosa-dosa TIK oleh (sebagian) Bangsa Indonesia... Sebuah Introspeksi...

Mengapa bangsa Indonesia sering ditimpa bencana atau musibah? Di bawah ini hanya tiga dari banyak kemungkinan penyebabnya. NB: "dosa-dosa" merupakan kata pengganti untuk perbuatan aniaya atau yang merugikan orang lain.
  1. Mengaku punya Tuhan, tapi mendurhakainya. Tuhan yang Maha Adil melarang manusia mengambil hak orang lain secara tidak adil. Tapi, banyak manusia melawan pedoman itu, misalnya mengambil hak cipta orang lain di bidang software, khususnya yang "berpemilik" atau proprietary.
  2. Membuat aturan, tapi melanggarnya. Pemerintah bersama DPR telah menetapkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Tapi, berapa juta orang yang melanggar UU ini?
  3. Membuat janji, tapi mengingkarinya. Betapa banyak (meskipun tidak semuanya) pejabat pemerintah dan anggota DPR/DPRD yang telah berjanji/bersumpah saat diangkat dalam jabatannya, tapi tidak menepatinya. Padahal, semua pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa saja yang dipimpinnya, termasuk memastikan semua software di kantornya harus legal. Pemimpin yang baik pasti tidak memboroskan uang rakyat dengan membeli software yang mahal, sementara banyak rakyatnya menderita kemiskinan dan kebodohan, bahkan ada yang mati karena kelaparan (kurang gizi).

Saya yakin banyak di antara kita yang menyadari "dosa-dosa" itu, dan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, meskipun kecil. Misalnya kita lebih memilih Linux dan FOSS (Free/Open Source Software) daripada menggunakan software proprietary. Bahkan telah banyak pula saudara kita yang berkarya tanpa mengharap imbalan harta semata, apalagi tahta, seperti para pengembang (urut abjad) BlankOn, Cimande, DSP (Daun Salam), eNdonesia, IGN, KG (Guyub), Nawala, Senayan, Simpin, Sisfokampus, Sisfokol, Voip Rakyat, Zencafe, dan lain sebagainya. Akan sangat panjang kalau semua karya anak negeri saya tulis di sini.

Jika Anda mau memahami tulisan ini, saya lebih yakin lagi "dosa-dosa" itu segera menjadi masa lalu kita. Karena saya dan Anda adalah bagian dari bangsa Indonesia, yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang demokratis, sehingga menjadi bangsa yang seluruh rakyatnya bisa menikmati keadilan sosial dan kesejahteraan hidup di dunia hingga akhirat.

Apa buktinya kita faham dan sadar? Mulai sekarang juga, meskipun dari yang sederhana, kita pakai Linux/FOSS dalam segenap sendi kehidupan TIK kita. Jika ada yang belum mampu karena sangat terpaksa, misalnya jiwa kita terancam kalau tidak menggunakan software proprietary tertentu, hati kita tetap membenci "dosa-dosa" itu. Merdeka! :-)

Friday, January 28, 2011

Russian Goes Open Source

Russian Goes Open Source ...

Russian tidak ada hubungan dengan Rusmanto :-)
Ini cerita akhir tahun lalu, tapi saya angkat sekarang setelah minggu ini saya dapat info dari teman-teman di pemerintah Indonesia bahwa pelaksanaan legalisasi software pemerintah dan IGOS (Indonesia, Go Open Source!) masih jauh dari harapan. Mungkin perlu "perintah" dari presiden seperti yang dilakukan Rusia.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin telah menandatangani perintah untuk mengalihkan sistem komputer pemerintah Rusia ke Open Source dalam waktu empat tahun.
  1. Kuartal ketiga 2011 ini pemerintah harus sudah menetapkan format data yang didukung oleh perangkat lunak open source yang digunakan dalam pemerintahan.
  2. Kuartal kedua 2012, pemerintah harus mulai memperkenalkan perangkat lunak bebas (Free/Open Source Software) di bagian pemerintahan yang ditunjuk sebagai percontohan. Pada saat yang sama, harus ada semacam Pusat Open Source Software (POSS) di kementerian dan LPNK (lembaga pemerintah pusat non kementerian) yang antara lain bertugas mendownload FOSS dan mengelola menjadi semacam smartphone-style app store -- tidak seperti respositori Linux biasa -- agar lebih memudahkan pengguna awam.
  3. Kuartal ketiga 2014, semua lembaga pemerintah termasuk yang berkaitan dengan fiskal (pajak, bea cukai, dan yang berurusan dengan penerimaan negara lainnya) harus sudah benar-benar beralih ke open source secara menyeluruh.
  • CATATAN terkait nomor 3: Saat ini software yang disediakan pemerintah Indonesia untuk urusan pajak dan bea cukai, juga untuk kegiatan perencanaan dan pelaporan anggaran (RKAKL) masih mengharuskan pakai Windows. Akibatnya kita semua tahu, sebagian besar Windows yang digunakan di Indonesia tidak legal alias bajakan. Pantas saja banyak "gayus" di Indonesia. :-(

Semoga pemerintah Indonesia bisa belajar dari Rusia, karena Rusia sudah belajar dari Indonesia bahwa migrasi ke Open Source itu tidak mudah tanpa perintah langsung sang presiden atau RI-1. :-)

Sumber tulisan tentang Russian Goes Open Source ada di: http://tech.blorge.com/Structure:%20/2010/12/29/russian-government-goes-open-source/

Tuesday, January 25, 2011

Mengubah Warnet Jadi Training dan Testing Center

Mengubah/Melengkapi Warnet Jadi Training dan Testing Center... Sebuah Ide Gila...

Sudah lama saya menerima kabar yang kurang baik dari teman-teman pemilik warnet. Sejak lebih dari satu tahun terakhir, omset warnet menurun tajam, bahkan beberapa warnet tutup karena tidak layak lagi untuk mencari makan, alias merugi. Di saat bersamaan saya baca dan lihat berita menyedihkan, banyak penggangguran tapi banyak lowongan kerja tak terisi. Kontradiktif.

Solusinya, beberapa bulan saya menggali ide untuk memanfaatkan warnet. Beberapa ide sudah dijalankan teman-teman, antara lain mengubah warnet sebagai usaha desain grafis, jual-beli komputer, perbaikan komputer, dukungan teknis LAN dan wireless LAN, jasa pengetikan skripsi yang kadang tidak hanya mengetik, dan lain-lain. Tapi satu ide yang saya belum lihat digarap serius, yakni tempat pelatihan komputer yang bersertifikasi. Istilah asingnya (bukan latah pakai istilah asing), Training and Testing Center.

Masalahnya, selama ini pelatihan yang bersertifikasi selalu identik dengan biaya mahal dan rumit menjalankannya. Mahal karena tingginya biaya lisensi software, biaya lisensi pelatihan, dan biaya sertifikasi lulusan. Rumit karena harus punya badan usaha (PT atau Yayasan) dan harus izin ke pemerintah (dinas tenaga kerja dan atau pendidikan). Bandingkan itu semua dengan umumnya warnet.

Ide gilanya, ada lembaga training yang sudah pengalaman bertindak sebagai penjamin mutu (misal LP3T-NF), ada lembaga sertifikasi untuk soal-soal dan sistem ujiannya (misal YPLI-BlankOn), ada yang menjalankan sistem pengajaran (pengelola warnet), dan ada yang diajar (pelanggan warnet: pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum). Semua software yang digunakan harus berlisensi FOSS atau "gratis" (tanpa biaya lisensi), semua modul berlisensi Open Content atau Creative Commons (tanpa biaya lisensi), dan sistem pelatihan serta ujian "belisensi" bagi hasil. Pelatihan dan ujian dapat berbasis online dengan tetap menjaga kejujuran.

Targetnya, akan menghasilkan banyak SDM kompeten, yang saat ini dan ke depan sangat dibutuhkan dunia kerja, antara lain:
  • Sistem operasi Linux/Unix (tanpa buta Windows karena ada versi demo atau trialnya)
  • Infrastruktur jaringan komputer (Bind, Postfix, Apache, Samba, Squid, dll.)
  • Desain grafis dan multimedia (Gimp, Inkscape, Scribus, Blender, Kino, Audacity, qCAD, FreeCAD, dll.)
  • Pemrograman yang paling populer di dunia web dan mobile (PHP, Java, dll.)
  • Database yang tidak diragukan lagi manfaatnya (MySQL, PostgreSQL, dll.)
  • Aplikasi Perkantoran yang sesuai ISO dan SNI (OpenOffice.org/LibreOffice, dll.)

Pertanyaannya, adakah di antara Anda yang berminat menjalankan ide gila ini? Kalau ada, mari kita berjuang bersama untuk mengurangi pengangguran dan mengisi lowongan kerja. Saya percaya rezeki akan mengalir dari arah yang tidak diduga. :-)

Catatan: Tawaran ide ini tidak hanya untuk warnet.

Monday, January 24, 2011

Jurnal Open Source

Jurnal Open Source...

Pernahkah Anda melihat media "Open Source" di Indonesia selain InfoLINUX? Saya pernah melihatnya, yaitu Jurnal IdeA Edisi 7/2010 (ISSN: 2085-3416) yang diterbitkan oleh Bappeda Pemkab Tegal Jawa Tengah. Open Source dalam tanda petik ini bukan nama media, tapi sifat media dilihat dari software yang digunakan untuk membuatnya. IdeA yang terdiri atas 4 halaman cover full color dan 36 halaman isi black-white itu dibuat dengan program desktop publishing Scribus, pengedit foto Gimp, penggambar Inkscape, dan program perkantoran OpenOffice.org. Ini salah satu bukti nyata bahwa Linux dan FOSS dapat digunakan untuk menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan uang melalui produk pra-cetak.

Jika ada percetakan belum mau menerima naskah dalam format file Scribus, Gimp, atau Inkscape, biasanya dapat diatasi dengan membuat produk itu dalam format PDF atau format grafis lainnya. Kalau ada percetakan menolak order, biasanya karena ada yang belum paham atau "ada salah paham". Barangkali ikut workshop desktop publishing atau pelatihan desain grafis open source atau baca buku Inkscape, Gimp, dan Scribus bisa menjadi langkah awal untuk memahami dan menguasai desain grafis Open Source. :-)

Friday, January 21, 2011

Menjemput Rezeki Terkait Desain Grafis

Menjemput Rezeki Terkait Desain Grafis ...

Jumlah pelaku bisnis di bidang desain grafis seperti penerbitan dan periklanan (cetak dan elektronik) sangat besar di Indonesia. Saya belum menemukan data lengkap, tapi saya memperkirakan jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu. Usaha ini menyerap tenaga kerja ratusan ribu hingga jutaan orang. Anda bisa lihat buktinya di pinggir-pinggir jalan, media cetak dan elektronik, hingga pakaian dan peralatan yang Anda gunakan beraktivitas saat ini.

Semua usaha itu membutuhkan program untuk menggambar, mengedit foto, dan atau menata tampilan (layouting). Semuanya pasti ingin untung. Dan semuanya pasti ingin bahagia di seluruh waktu kehidupannya, mulai di dunia sekarang, di alam barzah nanti, dan di akhirat yang akan datang. Tidak ada yang ingin menderita seperti Gayus (maaf Pak Gayus, semoga Anda telah tobat hari ini), meskipun suka gayus (garang asem yang untuk sarapan). :-)

Ukuran bisnis terkait desain grafis ini mulai dari usaha rumah tangga dan kaki lima (usaha mikro), usaha kecil, usaha menengah, koperasi, hingga konglomerat media cetak dan elektronik. Bentuk produk (jasa/barang) juga sangat beragam, antara lain iklan, stempel, logo, spanduk, poster, baliho, brosur, poster, buku, bulletin, majalah, tabloid, hingga koran harian beroplah jutaan eksemplar. Bahkan mungkin tidak Anda duga, usaha tekstil dan fashion (batik, kaos, topi, dll.), aksesoris, dan sebagainya itu juga butuh program desain grafis.

Para pengembang dan penggiat Open Source telah mengenalkan beberapa program untuk ini sejak lebih sepuluh tahun yang lalu. Para pelajar, mahasiswa, karyawan, dan pengusaha terlihat sangat semangat dengan berbagai caranya mengenalkan program Open Source terkait grafis yang diharapkan bisa untuk menjemput rezeki yang halal, baik, dan berkah. Salah satunya seperti pesan-pesan yang akan lewat di bawah ini ... :-)
  • Judul: Workshop Sehari Desain Grafis dan DTP Berbasis Open Source
  • Tempat: LP3T-NF Rawamangun, Jl. Paus Raya 92F (samping kanan terminal bis) Jakarta Timur.
  • Waktu: Kamis 27 Januari 2011, pukul 09.00 - 16.30 WIB.
  • Materi: Pengantar gambar digital, menggambar dengan Inkscape, mengedit foto atau gambar bitmap dengan Gimp, dan menata tampilan dengan Scribus.
  • Instruktur: Penulis buku Desain Grafis InfoLINUX dan pengajar komputer di sebuah lembaga pendidikan.
  • Penyelenggara: Majalah InfoLINUX bekerja sama dengan PinPoint Event Organizer.
    Jika Anda atau teman, anak, adik, kakak, om, tante, ibu, bapak, bahkan nenek dan kakek Anda ingin bekerja dan berusaha terkait desain grafis secara halal, baik, dan berkah, maka kesempatan ini sangat sayang ditinggalkan. Info selengkapnya silakan email ke pinpoint.event@gmail.com.

    Wednesday, January 19, 2011

    Sembilan Kebohongan Kurang Dua dengan Open Source

    Tujuh kebohongan dengan Open Source yang bukan hoax ini mungkin pernah saya dan Anda lakukan dengan berbagai alasan.

    1. Sedang pakai Pidgin untuk online di Gtalk/YM, tapi dalam status tertulis "Sedang Pergi".

    2. Sedang pakai Firefox untuk akses FB dan baca blog atau Notes saya ini dengan santai, tapi di status Chat tertulis "Busy".

    3. Mau mengirim email dengan Evolution ke seseorang, tapi lebih dulu Edit > Setting lalu mengganti alamat email dengan nama@kamuinisiapa.sih.

    4. Menjalankan server email Postfix dari laptop, tapi dalam file /etc/postfix/main.conf ada baris "myhostname = infolinux.co.id".

    5. Sharing direktori ke jaringan dengan Samba, tapi di dalam file /etc/samba/smb.conf ada baris "server string = ... (Windows Server)".

    6. Memasang Linux di laptop dual boot dengan Windows, tapi dalam menu boot loader Grub hanya ada Linux.

    7. Mengakses internet pakai Wine dan IE di Linux, tapi bilang ke teman hanya menggunakan program Open Source. :-)


    NB:

    * Alasan saya menulis tujuh "kebohongan" di atas untuk mengenalkan tujuh nama program Open Source.

    ** Jika masih ada "kebohongan-kebohongan" lain, tolong Anda tuliskan agar genap sembilan atau sekalian 18 ... hehehe, latah.


    Monday, January 17, 2011

    Desktop Publishing antara Berbohong dan Mencuri

    Desktop Publishing antara Berbohong dan Mencuri ...

    Ide menulis ini mencuat pada saat saya mengedit buku tentang Desktop Publishing dengan Free/Open Source Software, setelah beberapa saat sebelumnya mendengar berita tentang kebohongan. Tulisan ini tidak ada hubungan dengan politik dan kenegaraan, tapi berhubungan dengan karya cipta buku yang menggunakan komputer untuk menulis, membuat gambar, mengedit, melayout, dan "kebohongan" yang mungkin dilakukan oleh teman "maya" saya bernama Layouter, nama yang keren sesuai dengan profesinya. :-)

    Layouter mendapatkan order untuk melayout dan mencetak sebuah buku. Pemesannya meminta agar Layouter membuat desain dan tata letak buku itu dengan program CorelDraw, Photoshop, dan InDesign sebagai Desktop Publishing, lalu menyerahkan hasil cetak dengan menyertakan file dalam format PDF. Layouter menyanggupi dengan syarat boleh membuat buku itu menggunakan Inkscape, Gimp, dan Scribus. Alasannya, keuntungan usaha Layouter dalam setahun tidak cukup untuk membeli tiga software pertama plus sistem operasi Windows-nya. Layouter sudah punya komputer dengan sistem operasi Linux BlankOn Sajadah yang berisi Inkscape, Gimp, dan Scribus, tanpa biaya lisensi.

    Kata pemesan, "Tidak bisa, karena dalam dokumen pengadaan menyebutkan harus menggunakan tiga software pertama itu."

    Layouter sempat bingung antara harus mencuri lisensi software atau berbohong dengan menggunakan software lain. Setelah merenung cukup lama dan memohon petunjuk kepada Tuhan, teman saya menyanggupi untuk mengedit, melayout, dan mencetak buku itu, lalu menyerahkan hasil cetaknya sesuai keinginan pemesan, lengkap dengan PDF-nya. Pemesan menerima dengan senang, karena hasilnya sesuai harapan. Tapi pemesan tidak tahu bahwa buku itu tidak dibuat dengan software sesuai permintaannya.

    Bagaimana menurut Anda, mendukung teman saya itu "berbohong" atau mencuri?

    Kisah ini dapat dijadikan pelajaran untuk bidang-bidang kerja lain, termasuk pendidikan. Apakah para pemimpin, kepala sekolah, dan guru akan tetap mencuri? Atau "berbohong" (dalam tanda petik, karena sebenarnya tidak berbohong) dengan mengajarkan yang tidak sesuai silabus tapi hasilnya sesuai kurikulum?

    Maaf, ini tidak ada hubungan dengan "huru-hara" 18 kebohongan di dunia lain. :-)