Monday, July 18, 2011

Beberapa Contoh Memahami Perbedaan


Anda pernah membaca atau mendengar kalimat "Sepakat untuk Tidak Sepakat"? Jika pernah dan Anda sepakat bahwa kita bisa "sepakat untuk tidak sepakat", maka kita sama-sama memahami adanya perbedaan.

Perbedaan pendapat itu bisa terjadi (antara lain) karena perbedaan acuan yang digunakan untuk berpendapat. Sebagai contoh, pengguna Linux yang baru mencoba Windows berpendapat menggunakan Windows itu susah, karena acuan dia berpendapat adalah menggunakan Linux. Demikian pula sebaliknya, pengguna Windows yang baru mencoba Linux berpendapat Linux itu susah. Ini juga terjadi pada pengguna smartphone atau PC tablet, ada yang cocok dengan Android, ada yang pilih Meego, ada pula yang pilih IOS (Ipad/Iphone), dsb.

Sesama pengguna Linux pun ada banyak perbedaan. Misal Linux BlankOn dinilai mudah bagi yang biasa pakai Ubuntu. Lalu Linux IGN (IGos Nusantara) juga dinilai mudah bagi yang biasa pakai RedHat atau Fedora. Bahkan dengan distro Linux yang sama, ada yang berpendapat mudah akses web dengan Chromium/Chrome, ada yang pilih Firefox, dan ada pula yang pilih Opera.

Ini keluar topik Linux, meskipun untuk memahaminya sebaiknya menggunakan Linux dan program Kstars atau Stellarium. Menentukan kapan 1 Ramadhan dan kapan 1 Syawal juga terjadi beda pendapat, karena beda acuan, meskipun sama-sama berpendapat sesuai dengan kitab suci (Al Qu'ran) dan sunnah Nabi SAW. Ada yang berpendapat untuk menentukan tanggal 1, mata harus melihat bulan ketika malam ke-30 di bulan berjalan. Jika mendung, genapkan bulan itu menjadi 30 hari. Ada yang berpendapat tanggal 1 ditentukan jika bulan sudah ada di atas ufuk, dilihat dari suatu wilayah, meskipun belum dapat dilihat dengan mata. Belum lagi yang menggunakan acuan atau kriteria selain itu, misal acuan wilayah pengamatan, apakah harus seluruh Indonesia atau cukup dari salah satu tempat di Indonesia.

Contoh, pendapat pertama dan kedua akan mengawali puasa tahun 1432H ini pada Senin 1 Agustus 2011 karena ketinggian bulan dilihat dari berbagai wilayah di Indonesia pada Minggu sore 31 Juli 2011 sekitar 8 derajat. Kemudian saat menentukan 1 Syawal, pendapat pertama akan berlebaran (1 Syawal) pada 31 Agustus karena ketinggian bulan saat matahari terbenam pada 29 Agustus baru sekitar 2 derajat sehingga tidak bisa dilihat dengan mata. Pendapat kedua akan berlebaran pada 30 Agustus karena ketinggian bulan 2 derajat itu menunjukkan bulan sabit sudah ada, alias wujudul hilal.

Seandainya semua ulama/umara penentu kebijakan 1 Ramadhan dan 1 Syawal mau belajar dari para pengguna Linux (maaf kalau ini terkesan berlebihan), maka akan terjadi "sepakat untuk tidak sepakat" sehingga semua umat muslim di Indonesia berlebaran pada 30 Agustus atau 31 Agustus atau tanggal lain (?). Hanya Tuhan Allah yang pasti tahu mana yang paling benar. Manusia ditugaskan belajar dan berusaha sesuai dengan petunjuk-Nya.