Friday, January 28, 2011

Russian Goes Open Source

Russian Goes Open Source ...

Russian tidak ada hubungan dengan Rusmanto :-)
Ini cerita akhir tahun lalu, tapi saya angkat sekarang setelah minggu ini saya dapat info dari teman-teman di pemerintah Indonesia bahwa pelaksanaan legalisasi software pemerintah dan IGOS (Indonesia, Go Open Source!) masih jauh dari harapan. Mungkin perlu "perintah" dari presiden seperti yang dilakukan Rusia.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin telah menandatangani perintah untuk mengalihkan sistem komputer pemerintah Rusia ke Open Source dalam waktu empat tahun.
  1. Kuartal ketiga 2011 ini pemerintah harus sudah menetapkan format data yang didukung oleh perangkat lunak open source yang digunakan dalam pemerintahan.
  2. Kuartal kedua 2012, pemerintah harus mulai memperkenalkan perangkat lunak bebas (Free/Open Source Software) di bagian pemerintahan yang ditunjuk sebagai percontohan. Pada saat yang sama, harus ada semacam Pusat Open Source Software (POSS) di kementerian dan LPNK (lembaga pemerintah pusat non kementerian) yang antara lain bertugas mendownload FOSS dan mengelola menjadi semacam smartphone-style app store -- tidak seperti respositori Linux biasa -- agar lebih memudahkan pengguna awam.
  3. Kuartal ketiga 2014, semua lembaga pemerintah termasuk yang berkaitan dengan fiskal (pajak, bea cukai, dan yang berurusan dengan penerimaan negara lainnya) harus sudah benar-benar beralih ke open source secara menyeluruh.
  • CATATAN terkait nomor 3: Saat ini software yang disediakan pemerintah Indonesia untuk urusan pajak dan bea cukai, juga untuk kegiatan perencanaan dan pelaporan anggaran (RKAKL) masih mengharuskan pakai Windows. Akibatnya kita semua tahu, sebagian besar Windows yang digunakan di Indonesia tidak legal alias bajakan. Pantas saja banyak "gayus" di Indonesia. :-(

Semoga pemerintah Indonesia bisa belajar dari Rusia, karena Rusia sudah belajar dari Indonesia bahwa migrasi ke Open Source itu tidak mudah tanpa perintah langsung sang presiden atau RI-1. :-)

Sumber tulisan tentang Russian Goes Open Source ada di: http://tech.blorge.com/Structure:%20/2010/12/29/russian-government-goes-open-source/

Tuesday, January 25, 2011

Mengubah Warnet Jadi Training dan Testing Center

Mengubah/Melengkapi Warnet Jadi Training dan Testing Center... Sebuah Ide Gila...

Sudah lama saya menerima kabar yang kurang baik dari teman-teman pemilik warnet. Sejak lebih dari satu tahun terakhir, omset warnet menurun tajam, bahkan beberapa warnet tutup karena tidak layak lagi untuk mencari makan, alias merugi. Di saat bersamaan saya baca dan lihat berita menyedihkan, banyak penggangguran tapi banyak lowongan kerja tak terisi. Kontradiktif.

Solusinya, beberapa bulan saya menggali ide untuk memanfaatkan warnet. Beberapa ide sudah dijalankan teman-teman, antara lain mengubah warnet sebagai usaha desain grafis, jual-beli komputer, perbaikan komputer, dukungan teknis LAN dan wireless LAN, jasa pengetikan skripsi yang kadang tidak hanya mengetik, dan lain-lain. Tapi satu ide yang saya belum lihat digarap serius, yakni tempat pelatihan komputer yang bersertifikasi. Istilah asingnya (bukan latah pakai istilah asing), Training and Testing Center.

Masalahnya, selama ini pelatihan yang bersertifikasi selalu identik dengan biaya mahal dan rumit menjalankannya. Mahal karena tingginya biaya lisensi software, biaya lisensi pelatihan, dan biaya sertifikasi lulusan. Rumit karena harus punya badan usaha (PT atau Yayasan) dan harus izin ke pemerintah (dinas tenaga kerja dan atau pendidikan). Bandingkan itu semua dengan umumnya warnet.

Ide gilanya, ada lembaga training yang sudah pengalaman bertindak sebagai penjamin mutu (misal LP3T-NF), ada lembaga sertifikasi untuk soal-soal dan sistem ujiannya (misal YPLI-BlankOn), ada yang menjalankan sistem pengajaran (pengelola warnet), dan ada yang diajar (pelanggan warnet: pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum). Semua software yang digunakan harus berlisensi FOSS atau "gratis" (tanpa biaya lisensi), semua modul berlisensi Open Content atau Creative Commons (tanpa biaya lisensi), dan sistem pelatihan serta ujian "belisensi" bagi hasil. Pelatihan dan ujian dapat berbasis online dengan tetap menjaga kejujuran.

Targetnya, akan menghasilkan banyak SDM kompeten, yang saat ini dan ke depan sangat dibutuhkan dunia kerja, antara lain:
  • Sistem operasi Linux/Unix (tanpa buta Windows karena ada versi demo atau trialnya)
  • Infrastruktur jaringan komputer (Bind, Postfix, Apache, Samba, Squid, dll.)
  • Desain grafis dan multimedia (Gimp, Inkscape, Scribus, Blender, Kino, Audacity, qCAD, FreeCAD, dll.)
  • Pemrograman yang paling populer di dunia web dan mobile (PHP, Java, dll.)
  • Database yang tidak diragukan lagi manfaatnya (MySQL, PostgreSQL, dll.)
  • Aplikasi Perkantoran yang sesuai ISO dan SNI (OpenOffice.org/LibreOffice, dll.)

Pertanyaannya, adakah di antara Anda yang berminat menjalankan ide gila ini? Kalau ada, mari kita berjuang bersama untuk mengurangi pengangguran dan mengisi lowongan kerja. Saya percaya rezeki akan mengalir dari arah yang tidak diduga. :-)

Catatan: Tawaran ide ini tidak hanya untuk warnet.

Monday, January 24, 2011

Jurnal Open Source

Jurnal Open Source...

Pernahkah Anda melihat media "Open Source" di Indonesia selain InfoLINUX? Saya pernah melihatnya, yaitu Jurnal IdeA Edisi 7/2010 (ISSN: 2085-3416) yang diterbitkan oleh Bappeda Pemkab Tegal Jawa Tengah. Open Source dalam tanda petik ini bukan nama media, tapi sifat media dilihat dari software yang digunakan untuk membuatnya. IdeA yang terdiri atas 4 halaman cover full color dan 36 halaman isi black-white itu dibuat dengan program desktop publishing Scribus, pengedit foto Gimp, penggambar Inkscape, dan program perkantoran OpenOffice.org. Ini salah satu bukti nyata bahwa Linux dan FOSS dapat digunakan untuk menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan uang melalui produk pra-cetak.

Jika ada percetakan belum mau menerima naskah dalam format file Scribus, Gimp, atau Inkscape, biasanya dapat diatasi dengan membuat produk itu dalam format PDF atau format grafis lainnya. Kalau ada percetakan menolak order, biasanya karena ada yang belum paham atau "ada salah paham". Barangkali ikut workshop desktop publishing atau pelatihan desain grafis open source atau baca buku Inkscape, Gimp, dan Scribus bisa menjadi langkah awal untuk memahami dan menguasai desain grafis Open Source. :-)