Wednesday, August 22, 2007

Pendidikan TIK dengan Komputer Lama

Ini tanggapan saya seputar keluhan pengajar sekolah yang masih menggunakan komputer lama.

Untuk kondisi saat ini, komputer kelas Pentium 2 ke bawah
dan atau RAM 64 MB ke bawah boleh dikatakan tidak layak,
jika acuannya adalah menggunakan aplikasi populer atau terbaru,
bukan aplikasi yang cukup memenuhi standar kompetensi/kurikulum.

Jika mau bertahan dengan Windows pun, tetap ketinggalan zaman
karena tidak bisa (sangat berat) untuk menjalankan XP apalagi Vista,
atau MS Office 2003 apalagi MS Office 2007.
Demikian pula dengan Linux dan OpenOffice,
Pentium 2 dan atau RAM 64 MB ke bawah pasti akan berat.
Kecuali pakai thin client atau diskless networking seperti LTSP, dll.

KOMPUTER LAMA TETAP BISA DIPAKAI (maaf caps lock karena penting),
jika para guru tidak mengajarkan merek/produk ke anak sekolah.
Ini artinya para guru harus menyusun/menggunakan silabus pendidikan
dengan tidak mengacu kepada produk tertentu (meskipun itu open source)
tapi mengacu ke standar kompetensi yg ada di kurikulum.

Fyi, saya pernah membaca beberapa buku pelajaran TIK dari Australia,
benar-benar jauh dari nama produk, baik proprietary maupun FOSS.

Impian saya (mengacu kurikulum 2006 di Indonesia) seperti ini:

- Belajar format dokumen teks (pengolah kata)
bisa dengan software apa saja yang
memenuhi standar kompetensi dan sesuai spec hardware.
Misalnya AbiWord atau aplikasi sejenis
yang jauh lebih ringan dari OpenOffice Writer dan MS Word.

- Belajar spreadsheet, bisa dg apa saja yang sesuai standar
kompetensi dan spec hardware, misalnya Gnumeric atau aplikasi lain
yg lebih ringan dari OpenOffice Calc dan MS Excel.

- Belajar mengolah gambar/foto, bisa dengan GnuPaint
atau yang lebih ringan dari Gimp dan Photoshop.

- Dan lain-lain.

Jika siswa memahami dan mampu mempraktikkan (sesuai standar kurikulum),
maka mereka tidak akan menemui kesulitan ketika
suatu saat bekerja dengan OpenOffice atau MS Office, dll.

Jadi, target pengajaran bukan untuk menguasai *menu dan perintah*,
tapi lebih ke pemahaman konsep aplikasi dan
mampu mempraktikkan dengan aplikasi apa saja yang
sesuai kebutuhan (standar kompetensi di kurikulum).
Untuk aplikasi office, tidak harus OpenOffice, apalagi MS Office,
karena ada 'office-office' lain yang lebih ringan.

Merdeka!