Sunday, November 29, 2009

Bentuk Support FOSS dan Linux

Tulisan ini menggunakan merek Alfresco, RedHat, CentOS, dan Fedora sebagai contoh atau studi kasus, tidak ada titipan iklan dari produk-produk tersebut. :-)

Meluasnya penggunaan Linux dan FOSS (Free/Open Source Software) lainnya belum menghilangkan kesalahpahaman pengguna atau pengembang TI terhadap FOSS. Salah satu kesalahpahaman itu adalah bentuk support atau dukungan teknis perusahaan FOSS terhadap pengguna. Benarkah produk-produk yang dikembangkan dengan konsep FOSS tidak tersedia supportnya secara komersial? Siapa yang menyediakan support dan adakah perjanjian dengan tingkat layanan atau SLA (Service Level Agreement) tertentu?

Kesalahpahaman tentang support itu bisa terjadi karena kesalahpahaman yang lebih mendasar, yaitu FOSS identik dengan gratis. Padahal, yang dapat dikatakan gratis dari sebuah produk FOSS adalah surat izin atau lisensinya. Software yang dikembangkan dengan konsep FOSS tetap bisa dijual dalam bentuk CD/DVD, paket dengan hardware atau software lain, demikian pula support dan training-nya.

Sekadar contoh, Alfresco merupakan perusahaan FOSS pengembang produk sistem manajemen konten yang menyediakan support secara komersial. Alfresco dirilis dalam dua versi, komunitas dan enterprise. Kedua versi itu tetap FOSS sehingga tersedia source code dan tanpa biaya lisensi. Perusahaan pengguna yang menginginkan support secara komersial dapat memilih Alfresco versi enterprise dengan SLA dua tingkat, Gold dan Platinum. Tentu saja, support komersial yang diberikan secara profesional itu tidak gratis. Pengguna yang tidak butuh support komersial dapat memilih Alfreso versi komunitas.

Contoh lain adalah produk distro Linux enterprise RedHat dan CentOS. Kedua produk itu dikembangkan dengan konsep FOSS, sehingga tersedia source code yang dapat dimodifikasi. Bedanya, distro RedHat dijual dalam bentuk support komersial. Sedangkan CentOS yang dikembangkan dari source code RedHat didistribusikan tanpa support dari RedHat. Demikian pula Fedora yang disponsori RedHat juga tidak disupport oleh RedHat. Namun, perusahaan pengguna CentOS dan Fedora dapat meminta support ke perusahaan lain dalam bentuk komersial dan profesional melalui perjanjian atau SLA tertentu.

Ngomong-ngomong, apa kabar CentOS terbaru yang turunan RedHat itu? Baca dan coba CentOS 5.4 di InfoLINUX 12/2009.

Wednesday, November 18, 2009

Mengapa Anda Mendukung FOSS?

Ini hasil wawancara virtual saya dengan beberapa pelaku bisnis ICT di dunia.

Tanya: Mengapa perusahaan Anda sebagai operator telekomunikasi atau penyedia jasa akses internet mendukung FOSS?
Jawab: Makin banyak orang menggunakan Linux dan FOSS lainnya, pemasukan perusahaan kami naik karena makin banyak orang mendownload software melalui internet. Juga akan makin banyak orang punya komputer dan gadget untuk mengakses internet karena harganya makin murah. Tentu sebagian pengguna FOSS dalam bentuk komputer atau gadget akan mengakses internet melalui perusahaan kami, sehingga keuntungan perusahaan kami meningkat.

Tanya: Mengapa perusahaan Anda sebagai pembuat hardware (prosesor, memory, dan periperal komputer lainnya, server, pc desktop, laptop, netbook, nettop, router, smartphone dan handphone, dll.) mendukung FOSS?
Jawab: Makin banyak pengembangan software free/open source yang bagus, makin murah harga software. Akibatnya, harga hardware kami juga makin murah, pembeli hardware makin banyak yang sebagiannya membeli hardware kami, sehingga pemasukan dan keuntungan perusahaan hardware kami meningkat.

Tanya: Mengapa perusahaan Anda di bidang media seperti mesin pencari, email gratis, blog, social networking, portal berita, dan sebagianya mendukung FOSS?
Jawab: Karena perusahaan media sangat membutuhkan software-software bagus yang murah sebagai infrastruktur jaringan dan server kami, juga pengembangan aplikasi bisnis kami, sehingga biaya operasional kami makin kecil. Demikian pula pengakses kami makin banyak karena harga komputer dan internet makin murah, makin banyak iklan kami peroleh, dan tentu saja keuntungan kami meningkat.

Tanya: Terakhir untuk Anda bertiga, bagaimana kalau semua software itu tergolong FOSS?
Jawab: Tentu kami makin senang, karena monopoli software berkurang, kekhawatiran orang mengcopy software menjadi hilang, sehingga yang mengakses internet terus bertambah dan pembeli hardware baru makin banyak. Ini artinya kita kembali seperti awal, bahwa semua software itu open source.

Tanya: Maaf saya lupa bertanya ke Anda yang berbisnis software, mengapa mendukung FOSS, padahal Anda jualan software?
Jawab: Justru itulah yang kami harapkan, karena kami jualan software, bukan jualan lisensi. Jika semua pebisnis software jualan software, tidak jualan lisensi, maka posisi kami sejajar. Siapa yang memberikan produk dan support terbaik, dia yang menang. Bukan seperti sekarang, hanya yang kuat yang menang.

Saturday, November 14, 2009

Migrasi ke Linux Single atau Dual Boot?

Ketika Anda ingin memasang Linux pada komputer yang telah berisi sistem operasi lain, biasanya lebih dahulu Anda harus menjawab beberapa pertanyaan. Apakah Linux akan dipasang untuk menggantikan sistem operasi lain, atau Linux sebagai alternatif, atau Linux sebagai sistem operasi utama dan yang lainnya sebagai alternatif? Pertanyaan yang tidak mudah dijawab, bahkan oleh orang yang telah mahir sekalipun. Pilihan single atau dual boot bukan karena pertimbangan teknis semata, tapi lebih sering karena pertimbangan non teknis.

Saya mencoba memberikan masukan sebelum Anda membuat keputusan. Anda dapat mengumpulkan informasi dengan menjawab pertanyaan, “Apa tujuan atau alasan Anda memasang Linux di komputer itu?” Dari jawaban Anda, kita akan menemukan solusi terbaik untuk Anda dan pengguna komputer lainnya.
Jika tujuan memasang Linux hanya untuk mengenalkan Linux sebelum pengguna komputer itu memutuskan mau pakai Linux atau tidak, dual boot pilihannya. Namun ada beberapa pilihan lain yang baik juga dipertimbangkan untuk coba-coba ini, misalnya menjalankan Linux Live CD atau menginstal Linux di atas sistem operasi yang telah ada. Kedua pilihan terakhir ini lebih tidak berisiko dibandingkan dual boot.

Jika alasan memasang Linux karena ingin aman dari virus, maka single boot pilihan yang saya sarankan. Demikian pula jika alasan memasang Linux karena ingin terbebas dari software bajakan dan virus, maka single boot adalah pilihan tepat. Alasan tidak ingin membajak software ini muncul biasanya karena pengguna komputer atau lembaganya tidak mampu atau tidak mau membeli lisensi software yang mahal. Keputusan memilih Linux dan FOSS dibuat karena ingin menghemat biaya lisensi di satu sisi, dan ingin taat hukum di sisi lain.

Meskipun pengguna dapat beralasan mampu membeli lisensi atau menyediakan anti virus, dual boot tetap bukan pilihan bijak, karena pengguna memiliki peluang lebih besar untuk kembali ke software bajakan atau sistem operasi yang rentan terhadap virus. Dalam keadaan terpaksa, misal ada software penting yang belum dapat dijalankan di Linux, dual boot pilihan Anda.
(Pengantar Redaksi majalah InfoLINUX 11/2009).

Saturday, October 24, 2009

Open Source itu Netral

Ketika para pengguna, pengembang, pebisnis, pencinta, dan pendukung Open Source meminta pemerintah RI fokus ke pemanfaatan softawre yang dikembangkan dengan cara Open Source atau konsep pengembangan software dengan cara gotong-royong, sebagian pihak memrotes dengan alasan itu tidak netral. Tuduhan tidak netral itu salah, karena Open Source bukan nama vendor, bukan nama produk, bahkan bukan nama teknologi. Kalau memihak ke BlankOn saja misalnya, baru itu tidak netral dipandang dari sudut globalisasi saat ini. Belum tahu ke depan. :-)

Pada awalnya, semua software dikembangkan dengan konsep Open Source. Baru setelah ada UU Hak Cipta tentang software, ada gerakan Closed Source atau Proprietary. Jadi, Closed Source atau proprietary hal itu baru. Istilah Open Source baru heboh, setelah dunia ICT dikuasasi (cenderung di-monopoli) software proprietary.

Open Source hanya cara orang membuat dan mendistribusikan software. Siapa pun dapat dan boleh berbisnis dengan konsep Open Source. Perusahaan yang selama ini terkenal dengan bisnis software proprietary (biasanya tidak Open Source), tidak bisa lepas dari nurani (hakiki) pengembang software, bahwa semua sofwtare dan ICT lainnya sewajarnya Open Source. Salah satu bukti, cek info berikut ini:
Pebisnis Software sewajarnya Open Source.

Bagaimana pendapat Anda?

Monday, September 28, 2009

ILC, GCOS, RMS, Olimpiade Office, dll.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 telah mengilhami beberapa personal, organisasi profesi, komunitas, sekolah, lembaga pemerintah dan swasta, serta perguruan tinggi di Indonesia untuk berbuat sesuatu yang beda pada Oktober 2009 ini. Setahu saya, semua itu bukan asal beda, tapi kegiatan yang menguras fisik dan psikis untuk memajukan TIK Indonesia dengan memasyarakatkan peranti lunak Merdeka/Open Source.

Kegiatan itu antara lain:
  • ILC 2009 (Indonesian GNU/Linux Conference) di Unhas Makassar, 10-11 Oktober 2009.
  • GCOS (Global Conference on Free/Open Source Software), di Shangri-La Hotel Jakarta, 26-27 Oktober 2009.
  • RMS (Richard M. Stallman) Berbicara tentang Free Software dan GNU/Linux, di Gedung BPPT Jakarta, 28 Oktober, dan di Univ Indonesia Depok (tentative, 29 Oktober).
  • Juga beberapa kegiatan serupa di Univ Negeri Padang (tentative 17-18 Oktober), Univ Merdeka Malang (tentative 19 Oktober), Univ Persada Indonesia YAI Jakarta (tentative 28 Oktober), dan final Olimpiade Office Open Source (ODF Olympiad) di Jakarta 24-25 Oktober 2009.
Menurut sumber-sumber yang dapat dipercaya, berbagai kegiatan yang sejalan dengan usaha kemandirian dan kemerdekaan di bidang TIK ini juga berlangsung di berbagai sekolah, pesantren, lembaga pemerintah, BUMN, dan perusahaan swasta.

Semoga semua kegiatan itu tidak hanya berhenti di kegiatan sesaat atau seremonial, tapi benar-benar menggugah semangat dan menggerakan seluruh fisik dan psikis peserta dan panitia untuk berbuat nyata dalam penggunaan software legal berbasis software merdeka (Free Software) atau terbuka (Open Source Software) untuk kehidupan yang lebih baik.

Selamat berjuang kawan-kawan, masa depan TIK Indonesia ada di tangan-tangan kalian.
Merdeka!

Sunday, August 30, 2009

Idul Fitri 1430H Jatuh pada 20 September 2009

Ini bukan ramalan, prakiraan, atau prediksi. Anda dapat melakukan pengamatan dan perhitungan yang sangat akurat dengan Linux, berdasarkan ketentuan Tuhan bahwa matahari, bulan, dan bumi beredar pada garis edarnya dengan sangat teratur. Tidak pernah sedetikpun bulan berhenti mengitari bumi, dan tidak pernah sedetikpun bumi bersama bulan berhenti mengitari matahari. Kecuali Tuhan menghendaki lain, misalnya Tuhan menghentikan gerakan bumi sedetik saja, yang artinya hari kiyamat telah datang sebelum 1 Syawal 1430H.

Jadi, keteraturan yang luar biasa atas kehendak Tuhan Sang Pencipta alam semesta itu menjadikan manusia dapat menentukan kapan 1 Syawal dengan tepat. Kalau pun terjadi perbedaan orang menetapkan 1 Syawal, bukan karena perbedaan edar matahari, bumi, dan bulan, tapi karena perbedaan kriteria dan acuan dalam menentukan bulan sabit (hilal). Para ahli falak melakukan penentuan 1 Syawal melalui Rukyatul-Hilal atau melihat bulan sabit.

Ada beberapa kriteria rukyatul hilal, dua di antaranya yang banyak digunakan di Indonesia adalah wujudul-hilal dan imkanur-rukyat. Kedua kriteria itu kadang menghasilkan ketetapan 1 Syawal berbeda, meskipun sama-sama menetapkan ada bulan (hilal) saat matahari terbenam. Bahkan, kriteria yang sama belum tentu menghasilkan ketetapan yang sama, misal karena perbedaan tempat acuan (tempat melihat bulan).

Kriteria wujudul hilal menetapkan 1 Syawal bila bulan telah berada di atas ufuk (horizon) saat matahari terbenam, tanpa menentukan minimal ketinggian bulan. Kriteria imkanur rukyat menetapkan 1 Syawal bila bulan telah berada di atas ufuk saat matahari terbenam, dengan ketinggian bulan minimal antara 2 hingga 8 derajad. Ketentuan tinggi minimal bulan sabit ini terkait dengan bisa tidaknya dilihat oleh teropong atau mata.

Pada 2009 ini, insya Allah kedua kriteria itu akan menghasilkan ketetapan yang sama, yaitu bulan telah berada di atas ufuk (sekitar 5 derajad) saat matahari terbenam pada Sabtu 19 September 2009. Sehingga besoknya Minggu 20 September 2009 adalah 1 Syawal 1430H. Karena 1 Syawal jatuh pada hari libur (Minggu), maka pemerintah Indonesia menggeser libur lebaran menjadi Senin dan Selasa (21-22 September 2009).



Namun, ketentuan akhir tetap di tangan Tuhan, sehingga kita tetap harus menunggu 19 September 2009 sore untuk "memastikan" 1 Syawal. Siapa tahu kiyamat datang sebelum itu. Ya, iyalah...

Bagaimana menentukan 1 Syawal dengan Linux? Anda dapat menggunakan kstars atau stellarium yang telah ada di Linux LiveCD Sabily 9.04. Petunjuk selengkapnya dan Linux Sabily itu tersedia di majalah InfoLINUX edisi 09/2009 yang saat ini sedang beredar. :-)

Sunday, August 16, 2009

Buat apa Indonesia merdeka? Buat apa Linux open source?

..........Introspeksi sejenak menyambut hari kemerdekaan RI dan TIK.........

Di bidang negara, mengapa para pendiri negara kita memilih merdeka? Mengapa tidak bergabung saja dengan Jepang atau salah satu negara sekutu, Amerika atau Belanda atau yang lain? Kan tinggal pakai aturan yang ada, tinggal menikmati jabatan, tidak perlu perang, apalagi harus gerilya, tidak perlu menyusun undang-undang, tidak perlu belajar ilmu membangun negara baru, yang penting enak to? Mengapa hayo?

Karena, para Bapak Bangsa (the founding fathers) negara kita, saya dan juga Anda, ingin kedaulatan (menentukan nasib sendiri), punya kebebasan dalam mengelola negara, menentukan bentuk negara, bisa menjaga keamanan negara, mengatur sendiri kekayaan dan keuangan negara, tidak diatur pihak lain, apalagi pihak lain itu terbukti hanya mencari keuntungan sendiri.

Di bidang TIK, mengapa pakai Open Source atau software merdeka? Mengapa tidak ambil saja yang ada (Proprietary)? Kan tinggal pakai, tidak perlu mengubah kebiasaan, tidak perlu belajar, tidak perlu mengembangkan software sendiri, yang penting enak to? Mengapa hayo?

Karena, kami dan juga (saya yakin) Anda, ingin kedaulatan dalam menggunakan software, menentukan program apa yang mau kita pakai, mengatur sendiri bagaimana menyebarkan program, bisa menjaga keamanan software, mengatur sendiri bisnis software, tidak diatur pihak lain, apalagi terbukti pihak lain itu hanya mencari keuntungan sendiri.

Lalu apa hubungan Kemerdekaan 17 Agustus dengan Linux dan Open Source? Sistem operasi adalah tulang punggung semua komputer/gadget yang kita gunakan, dan Linux itu tokoh popularnya. Kalau kita ingin bebas dari tekanan pihak luar (untuk membayar lisensi mahal), bebas dari virus, bebas dari dosa (membajak software), bebas mengembangkan sendiri, dan bebas dari ketergantungan, maka kita harus merdeka di bidang TIK dengan menggunakan Linux atau program open source atau free software lainnya.

Memang kita belum bisa lepas 100% dari negara lain, tapi kita ingin semakin merdeka dalam mengelola negara. Memang kita belum bisa lepas 100% dari software lain, tapi kita ingin semakin merdeka dalam mengelola TIK.

Negara Indonesia: Sekali Merdeka Tetap Merdeka!
TIK Indonesia: Sekali Merdeka Tetap Merdeka!

Free bukan Gratis, Free adalah Freedom alias Merdeka!
...................................................

Monday, July 27, 2009

Pengguna Linux tidak harus Belajar Linux

Dari hasil pengamatan dan wawancara kami ke para karyawan di berbagai perusahaan, terutama yang tidak memiliki latar pendidikan komputer, kami tidak banyak menemukan keluhan atau kesulitan pengguna ketika pertama menggunakan Linux. Mereka tidak melalui proses belajar lebih dulu, tapi langsung menggunakan komputer yang telah terinstal Linux untuk bekerja. Kalau pun belajar, biasanya belajar sambil bekerja.

Kelompok pengguna awam yang kami temui adalah pengguna komputer untuk perkantoran. Program yang digunakan antara lain OpenOffice (Office yang otomatis ada di umumnya Linux), program untuk mengakses web, email, dan chatting, program untuk mengedit foto, serta sebagian juga pakai program untuk memutar lagu dan film.

Beberapa perusahaan yang kami kunjungi itu juga bukan perusahaan TI. Sedikit contoh jenis usaha dan lokasinya adalah perusahaan farmasi (di Solo dan Semarang, Jawa Tengah), kargo/kurir (di Jakarta dan Cengkareng - Banten), otomotif (Jakarta dan Depok - Jawa Barat), penerbitan (Jakarta), dan sebagainya.

Saran saya untuk teman-teman bagian SDM atau TI yang ingin memudahkan karyawan awam bisa menggunakan Linux, sodorkan komputer yang telah terinstal Linux popular seperti BlankOn, Mandriva, Nusantara, openSUSE, dan yang sejenis. Jangan suruh belajar Linux sebelum menggunakan Linux, apalagi suruh install Linux. Kalau disuruh belajar dulu, pasti akan mengeluh atau kesulitan. Langsung pakai komputer Linux, dijamin bisa Linux, selama bisa menggunakan mouse dan keyboard.

Linux baru perlu dipelajari jika pengguna ingin menjadi Linux admin (system/network administrator) atau technical support dan profesi Linux lainnya, bukan sekadar pengguna Linux. :-)

Sunday, June 07, 2009

Seandainya Aku Jadi... hanya tahu BlankOn

Tulisan ini terinspirasi dari posting di milis UMS Goes Open Source yang bersumber dari Forum di MyQuran.org.

Jika Anda pertama kali membeli komputer dan menginstalnya dengan CD Linux, misalnya BlankOn, apa yang Anda rasakan? Anda akan menyimpulkan bahwa Linux itu sistem operasi komputer yang siap pakai. Dengan sebuah CD Linux, Anda dapatkan pula OpenOffice, pengedit foto GIMP, penggambar Inkscape, pengelola projek Planner, akuntansi GnuCash, dan lain-lain. Semua program itu terpasang secara otomatis saat pertama menginstal komputer dengan sebuah CD BlankOn.

Jika kemudian karena alasan politis atau bisnis Anda diminta berpindah ke sistem operasi lain dan diberikan sebuah DVD Windows misalnya, apa yang Anda pikirkan? Di benak Anda DVD Windows tentu juga berisi MS Office, Photoshop, CorelDraw, MS Project, Zahir Accounting, seperti CD BlankOn yang Anda punya sebelumnya. Tapi apa yang terjadi, Anda akan kecewa berat, bahkan bisa frustrasi, karena setelah DVD Windows terinstal, tidak ada Office, Photoshop, CorelDraw, MS Project, dan Zahir. Anda harus beli satu per satu dan instal satu per satu.

Kalau Anda tidak sabar, Anda bisa depresi berat. Mengapa? Karena Anda akan sangat repot, harus beli beberapa DVD dengan membayar biaya surat izin (lisensi) yang jauh lebih mahal dibanding harga komputer Anda. Lalu instal beberapa CD/DVD itu satu per satu, dan Anda juga harus menyetujui surat izinnya satu per satu pula, meskipun Anda sudah membayar sebelumnya yang berarti sudah setuju. Bayangkan, betapa susahnya jika tidak ada Linux/FOSS.

Anda beruntung karena lebih dulu kenal Windows, sehingga menjadi mudah ketika diminta berpindah ke Linux. Dengan sebuah CD, Anda dapatkan semuanya...tanpa biaya izin. Mari sampaikan rasa terima kasih kita kepada para pengembang Linux dan FOSS lainnya, tidak perlu dengan ucapan, apalagi bayaran, cukup dengan menggunakan Linux BlankOn. :-)

Ingin tahu lebih jauh tentang BlankOn? Ikutilah Konferensi BlankOn Pertama di dunia, pada Sabtu dan Minggu, 20-21 Juni 2009, di Universitas Pakuan Bogor, Indonesia.

Wednesday, May 27, 2009

Mimpi Indah dan Mimpi Sedih Blogger

Sangat indah menjadi rakyat sebuah negara atau minimal kabupaten/kota yang sepenuhnya menggunakan Linux dan/atau software open source lainnya. Tidak ada rahasia di bidang software, kecuali sebagian datanya yang memang harus dirahasiakan. Tidak ada biaya lisensi, sehingga uang rakyat dapat lebih banyak digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Tidak ada ketergantungan, sehingga pemerintah dan rakyat bebas menggunakan dan mengembangkan TIK-nya.

Masih indah jika untuk sementara waktu ada sebagian kecil komputer yang menggunakan sistem operasi proprietary karena ada software aplikasi yang belum dapat dijalankan dengan Linux, sambil menunggu aplikasi itu tersedia versi open source-nya.

Betapa sedihnya jika tiba-tiba semua rumus matematika, fisika, elektronika, dan semua protokol seperti TCP/IP (jaringan internet), HTTP (web), SMTP (email), serta semua program open source dipatenkan atau dijadikan proprietary. Dunia ini akan terasa gelap, karena untuk mengakses internet harus lebih dulu membayar semua paten ilmu-ilmu dan protokol-protokol dan lisensi program-program yang membuat internet dan berbagai aplikasinya bebas dan terbuka seperti sekarang ini.

Bersyukurlah ada banyak ilmuwan dunia yang tidak mematenkan rumus/algoritmanya, ada banyak programmer dunia yang tidak meminta bayaran atas lisensi programnya, dan ada banyak orang yang sepakat bahwa ilmu pengetahuan dan software semestinya merdeka dan terbuka (free/open).

Ingin mimpi indah sambil nge-blog? Gunakan Linux sebagai pengganti Windows, OpenOffice sebagai pengganti MS Office, GIMP sebagai pengganti Photoshop, dan Firefox sebagai pengganti IE untuk urusan blog Anda. Catatan: Linux, OpenOffice, GIMP, dan Firefox hanya 4 contoh program komputer merdeka.

Wednesday, April 01, 2009

Musibah di bidang TIK

Pernahkah Anda menerima musibah di bidang TIK? Pernahkah data Anda hilang atau rusak karena virus, data penting/rahasia tersebar karena worm, software dirusak cracker (hacker jahat), hard disk rusak sebelum sempat diback-up, atau komputer hilang karena pencurian, kebakaran, gempa bumi, atau kebanjiran? Jika pernah, jangan-jangan Anda pernah pula berbuat aniaya?

Kata menganiaya atau menzhalimi atau lalai dipakai banyak pihak, baik itu manusia (dengan berbagai agama, kepercayaan, golongan, suku, warna kulit, atau partai politiknya) maupun Tuhan yang mencipta manusia. Bedanya, Tuhan Sang Pencipta tidak pernah menganiaya diri sendiri dan makhluk ciptaan-Nya, sedangkan manusia, banyak yang menganiaya diri sendiri, orang lain, atau ciptaan Tuhan lainnya. Saya yakin ini dipercayai oleh semua orang yang mengaku adanya Tuhan, apapun agamanya.

Banyak musibah dalam berbagai bidang di dunia ini biasanya karena manusia menganiaya diri sendiri, orang lain, atau ciptaan Tuhan lainnya. Tentu ada penyebab yang dengan mudah dapat difahami secara nalar seperti banjir, longsor, dan kebakaran. Demikian pula ada penyebab yang sulit difahami seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus.

Jika manusia ingin terhindar dari berbagai musibah yang mudah maupun sulit difahami secara nalar, manusia diberi petunjuk oleh Penciptanya untuk tidak menganiaya diri sendiri dan orang lain. Hindari aniaya diri sendiri dengan menggunakan software yang lebih aman dari virus dan worm, lakukan backup data secara rutin, update keamanan software secara rutin, dan jaga kabel listrik serta penyebab kebakaran lainnya. Hindari pula aniaya terhadap orang lain dengan tidak menggunakan software bajakan, tidak mengganggu hak orang lain, tidak merusak dan mencuri data, dan sebagainya.

Pembajakan software adalah aniaya atau pelanggaran 3 bidang moral:
- Moral etika: mengingkari janji dan menggunakan milik orang yang orang itu tidak mau diambil haknya alias pengambilan hak orang lain dengan paksa.
- Moral hukum: hampir semua negara mengakui hukum atau undang-undang hak cipta.
- Moral agama: semua ahli agama menyatakan pelanggaran terhadap hukum agama jika Anda mencuri milik orang, misalnya membajak software.

Tentu tidak melanggar 3 moral itu jika Anda menggunakan Linux dan software lainnya yang free/open source meskipun Anda tidak minta izin kepada pemilik hak ciptanya, karena izin sudah diberikan kepada Anda pada saat software disebarkan, bahkan sebelum Anda menggunakan.

Perbuatan aniaya, cepat atau lambat, akan membuat pelakunya menderita. Semoga kita (saya dan Anda yang membaca tulisan ini) tidak termasuk golongan manusia yang suka menganiaya. :-)

Depok, 1 April 2009, bukan April Mop.

Tuesday, March 17, 2009

Apakah Anda memiliki software komputer?

Pengantar:
Saya menulis ini karena membaca berita yang sangat menyedihkan di detikinet.com. Maksud saya, ini saat tepat Anda "menyelamatkan" Indonesia (termasuk diri Anda) dengan berbisnis yang terkait software free/open.

Kata "memiliki" dapat berarti macam-macam. Saya hanya membahas kata memiliki dalam hal software. Software di tulisan ini adalah program komputer berupa perintah-perintah yang tersimpan dalam penyimpanan data elektronik. Komputer adalah peralatan yang terdiri atas software dan hardware. Bentuk komputer bisa berupa handphone, netbook, notebook, pc, mini computer, mainframe, dan sebagainya.

Apakah Anda memiliki software komputer yang dapat Anda gunakan untuk bekerja? Jika komputer Anda berisi BlankOn Linux, maka Anda dapat menjawab "Ya", karena Anda memiliki software itu dalam arti sebenarnya. Anda dapat menggunakan untuk apa saja (personal, warnet, dan bisnis lainnya), dapat memodifikasi, menjual secara utuh atau Anda lepas hardware dan software-nya, bahkan dapat Anda gandakan lalu Anda jual juga hasil penggandaan Anda. Catatan: BlankOn Linux hanya contoh.

Apakah Anda memiliki software komputer bernama MS Windows? Jawabnya pasti "Tidak", meskipun Anda telah membeli komputer yang dibundel dengan MS Windows "asli". Anda tidak memiliki Windows, kecuali Anda punya saham MS mayoritas...hehehe. Mengapa? Karena Anda hanya diizinkan oleh MS untuk menggunakan Windows itu, tidak ada hak memodifikasi, tidak boleh melepaskan Windows lalu menjualnya ke orang lain, tidak boleh menggandakan untuk perusahaan sendiri, apalagi untuk perusahaan lain, bahkan menyewakan Windows untuk warnet saja tidak boleh tanpa izin MS. Catatan: MS Windows hanya contoh.

Jika Anda berbisnis (membuat, memodifikasi, mengintegrasi, dll.) software open/free, Anda memiliki software yang Anda bisniskan itu sepenuhnya meskipun pembuat software itu bukan Anda sendiri. Hak cipta tetap melekat pada pembuat software open/free, yang tidak perlu membayar untuk mendapatkan izin-nya. Anda memiliki hak jual dan hak-hak bisnis lainnya dari modifikasi, kustomisasi, integrasi dengan software lain, membundel dengan hardware, memberi support, memberi training, dan lain-lain. Karena Anda juga pemiliknya. Sebaliknya, jika Anda berbisnis software proprietary, Anda hanya memiliki apa yang Anda buat atau apa yang Anda beli izinnya untuk membisniskannya. Catatan: syarat dan ketentuan berlaku, yang tertulis dalam lisensi tiap software.

Sunday, March 15, 2009

Masih Soal Bisnis Software

Diskusi tentang istilah memang menarik sekaligus bisa membingungkan, bahkan menyesatkan jika tidak paham apa yang dimaksud oleh pembuat/penemu istilah itu. Di dunia ini ada istilah freeware (software gratis) dan ada free software (software merdeka). Saya gunakan kata merdeka, karena pencetus free software menjelaskan kata free adalah freedom. Meskipun mirip, kata merdeka lebih pas daripada bebas (imho). Tidak ada bebas tanpa batas, demikian pula tidak ada merdeka tanpa batas.

Arti dan batasan free software antara lain:
- Boleh digunakan dan disebarluaskan, namun tidak boleh menuntut pembuatnya jika ada akibat negatif dari penggunaan dan penyebaran software itu. Sebenarnya tidak boleh menuntut ini berlaku untuk hampir semua software, misal software proprietary yang diserang virus lalu merusak data, pengguna tidak dapat menuntut pembuat software itu dengan alasan softwarenya bisa diserang virus.

- Boleh dimodifikasi, namun ada batasan, misal untuk lisensi GPL, hasil modifikasi yang dirilis ke publik juga harus GPL.

- Richard Stallman sebagai pencetus free software juga tidak setuju menyebut free software sebagai non komersial, karena free software dapat dikomersialkan dalam berbagai bentuk. Misalnya:

1. Menjual free software dalam bentuk CD, DVD, paket dengan hardware, paket dengan software lain, paket dengan buku, dsb. Contoh: menjual hardware server, plus Linux, plus database perusahaan. Harganya bisa sangat mahal, meskipun Linux-nya Free Software.

Catatan: Menjual di sini benar-benar menjual software, bukan menjual surat izin (lisensi) seperti software proprietary, karena izin/lisensi free software dapat diperoleh tanpa biaya. Free Sosftware *bukan tanpa lisensi* tapi *tanpa biaya lisensi*.

2. Menjual hasil modifikasi, misalnya ada teman yang membuatkan Linux khusus untuk sebuah perusahaan besar. Hasil modifikasi software berlisensi GPL untuk digunakan internal tidak harus dilisensikan GPL.

3. Menjual support terhadap free software, pelatihan (baca juga artikel Tip Mendirikan Training Center), dll.

Karena istilah free software sering menimbulkan salah tafsir sebagai software gratis, maka akhir 90-an Eric S Raymond mengusulkan pakai istilah open source software.

Friday, March 13, 2009

Tip Mendirikan Training Center

Intro: Facebook memotivasi saya lebih banyak mengisi blog ini. :) Tulisan berikut ini hasil copy paste dari http://linux.or.id/node/3020 dengan sedikit modifikasi.

1. Pilih bentuk lembaga, apakah murni mencari keuntungan (ada dividen/sisa-hasil-usaha untuk pendiri/pemegang saham) atau lebih ke sosial (keuntungan tidak diberikan ke pendiri tapi digunakan untuk operasional termasuk utk gaji pengelola). Jika pertama (profit oriented) buat PT atau CV atau Koperasi. Jika kedua (not for profit), bisa berbentuk Yayasan. Keduanya boleh cari penghasilan, hanya beda dalam penggunaan laba.

2. Pilih bentuk pengelolaan, apakah mendirikan sendiri dari awal atau bergabung dengan lembaga lain. Bergabung itu berbentuk franchising, licensing, atau kerja sama bagi hasil.

2. a) Jika mendirikan sendiri, buat rencana usaha, mulai dari menetukan target pasar (siapa saja yang diharapkan mendaftar sebagai peserta) dan menentukan jenis pelatihan seperti apa yang akan diberikan (termasuk apa bedanya dengan yang lain). Istilah pemasarannya: Segmenting, Targeting, dan Positioinig. Buat hitungan perkiraan biaya awal (sewa/beli gedung, komputer, meja, dll.), biaya operasional (pemasaran: penyusunan produk, penentuan harga, pelatihan pengajar, promosi, gaji, dll.), dan perkiraan atau proyeksi pendapatan (kursus, migrasi, dll.).

2. b) Jika mau kerja sama, hubungi lembaga lain yang akan diajak kerja sama (bisa kontak saya japri ke email rus at nurulfikri.com jika mau kerja sama dengan NF http://www.nurulfikri.com).

3. Hasil kerjaan no.1 dan no.2 disusun ulang menjadi satu atau beberapa lembar kertas untuk diajukan ke investor. Kalau investor-nya diri sendiri, langsung ke no. 4.

4. Urus pendirian lembaga ke notaris (biaya antara 1,5 juta hingga 8 juta, tergantung jenis lembaga dan wilayah pendirian), dan urus surat izin ke kantor diknas kota/kabupaten, ini biasanya sangat mudah dengan biaya murah (terorinya gratis, parktiknya ada biaya ratusan ribu tergantung aturan dan orangnya di kota/kab).

5. Buat lowongan kerja untuk pengajar (full atau part time), manajer (bisa dirangkap pengajar), staf administrasi dan pemasaran. Jika mendirikan sendiri, modul bisa menggunakan buku-buku yang beredar di toko-toko atau di internet. Bisa juga meminta pihak lain membuatkan modul.

6. Mulai lakukan promosi. Ingat, barang yang baik tanpa promosi bisa tidak laku, sedang barang buruk yang dipromosikan secara baik bisa laku. Promosi bisa melalui media cetak (majalah seperti infolinux http://infolinux.co.id setahu saya punya tarif murah untuk lembaga kursus), media elektronik (jika via email jangan jadi spammer), brosur, spanduk, dan publikasi (mendukung kegiatan KPLI-KPLI atau komunitas Linux lainnya), dll.
Pesan Sponsor:
Gabung ke Asosiasi Open Source Indonesia (http://aosi.or.id) agar ikut dipromosikan dan dapat info kalau ada permintaan kerjaan/projek pelatihan untuk pemerintah/perusahaan yang banyak bermigrasi ke Linux/OSS. :-)

7. Menyiapkan hardware/software dan sistem perawatannya, serta sistem administrasi pendafaran, pelaksanaan, evaluasi, dan sistem keuangan (bisa paralel dengan no. 4, 5, dan 6). Jika no.2 memilih kerja sama, sistem operasional dan pemasaran disiapkan bersama dengan partner kerja sama. Kalau dengan NF ada software khusus untuk administrasi pendidikan non formal yang dikembangkan sendiri oleh teman-teman programmer NF, namanya SIPINTER (Sistem Informasi Pendidikan Terpadu). :-)

Wednesday, March 11, 2009

Tip Mempercepat (bisa) ke Linux

Saya tidak biasa menulis blog di siang hari, kecuali hari ini (11/3/2009, 15:11 WIB), karena ada pertanyaan teman di facebook tentang cara cepat bisa Linux. Jawab saya sekalian saya jadikan blog/note.
Petunjuk penggunaan tip: Silakan coba pilihan ganda ini, boleh urut dari nomor 1 atau pilih mana yang paling cocok dengan sikon Anda. Saya yakin Anda bisa! :-)
1. Beli CD/DVD Linux Live-CD lalu coba dan belajar langsung di komputer. Biaya antara Rp 5.000 s.d. 15.000.
2. Beli buku/majalah yang ada CD/DVD-nya, lalu baca dan coba. Biaya sekitar Rp 50.000 s.d. 150.000.
3. Ikut kursus singkat Linux Dasar atau Fundamental dg biaya sekitar Rp 500.000 s.d. 1,5 juta.
4. Ikut kursus intensif Linux, waktu bejalar beberapa minggu s.d. bulanan, biaya Rp 5 juta s.d. 15 juta.
5. ... Silakan tambahkan (beri komentar) untuk membantu teman yang ingin cepat bisa menggunakan Linux.

Tuesday, February 24, 2009

Mau bisnis software atau lisensi?

Pertanyaan ini saya tujukan kepada teman yang minta nasihat untuk memulai bisnis membuat software yang dapat dijalankan di Linux. Teman saya itu tidak langsung menjawab, tapi malah balik bertanya, "Apa bedanya jualan software dan lisensi?"

Lalu saya jelaskan, jika kamu ingin berjualan software di Linux, kamu akan dapat uang dari kerja kamu membuat software. Setelah software kamu serahkan, maka software itu menjadi milik pembeli. Sedangkan jika kamu ingin jualan lisensi, maka software yang kamu serahkan tetap milikmu, pembeli hanya dapat menggunakan, tapi tidak memiliki software buatanmu itu. Contoh perusahaan yang berjualan lisensi adalah Microsoft.

Temanku itu akhirnya memilih jualan software, plus jasa lainnya seperti support (dukungan teknis), training (pelatihan), dan customization (kustomisasi). Dia tidak mau jualan lisensi, karena jualan lisensi akan mendorong orang lain melanggar hukum dengan membajak software itu (baca: mau menggunakan tapi tidak mau membayar lisensi). :-)

Thursday, January 01, 2009

Tahun Baru tanpa Suspend dan Hibernate

Setelah lebih setahun menggunakan BlankOn 2 untuk komputer kerja, dan tidak pernah diupdate, apalagi diupgrade, hari ini (1 Januari 2009) saya memutuskan pindah ke BlankOn 4, meski masih belum "senyaman" BlankOn 2.

Laptop kelas rendah yang saya pakai sejak 2005 secara mulus "ketemu jodoh" sama BlankOn 2 pada 2007, setelah gonta-ganti pasangan selama 2 tahun. Jodoh? Ya, karena semua hardware berjalan baik di BlankOn 2, mulai dari hardware standar seperti vga dan sound, hingga yang kadang menjengkelkan seperti modem dan acpi (khususnya suspend dan hibernate). BlankOn 4? Saya tak tahu mengapa kadang gagal suspend dan hibernate, kadang berhasil di laptop "tua" saya itu.

Karena dua hal itu tidak terlalu penting buat saya, maka:
pada malam tahun baru yang telah lewat,
saya bulatkan tekat (baca tekad),
untuk bersama BlankOn empat,
sampai suatu saat,
ada distro yang lebih tepat. :-)