Tuesday, July 25, 2006

Bukan hanya Software yang Open

Pada awal 80-an, muncul gerakan untuk kembali menyebarkan program dengan menyertakan kode-nya. 1984, Richard M. Stallman (RMS) mendirikan Yayasan Free Software (www.fsf.org) dengan projek GNU (Gnu's Not Unix). Free sofwate juga menghargai hak cipta dengan membuat model lisensi dengan nama GPL (GNU General Public License). Salah satu syarat lisensi GPL (free software) adalah open source.

Buat apa Terbuka?

Tujuan utama “terbuka” adalah agar banyak orang bisa mempelajari dan memperbaiki atau mengembangkannya. Hasilnya, sumber daya yang dimiliki manusia dapat dihemat dengan hasil yang lebih hebat daripada dikerjakan secara tertutup.

Karena kata free yang artinya bebas atau merdeka sering disalahartikan sebagai gratis saja, Eric S. Raymond (ESR) pada akhir 1990-an mendeklarasikan gerakan open source (www.opensource.org) atau OSI (Open Source Initiative). Untuk menghargai hak cipta, OSI mengakui banyak lisensi, termasuk GPL. Beberapa lisensi yang diterima OSI memungkinkan orang lain dapat membuat program turunan dari program tersebut menjadi tidak open source. Perbedaan inilah yang membuat RMS tidak setuju dengan gerakan ESR. Untuk mengakomodasi keduanya ini, muncul istilah FOSS (Free/Open Source Software) dan FLOSS (Free/Libre/Open Source Software).

Free software (GPL) memang ideal. Namun, saya menilai semua yang dilakukan RMS, ESR, Linus Torvalds, dan pengembang open source software lainnya sangat bermanfaat bagi kita dan umat manusia di dunia ini. Sebagai analogi, kita dapat menikmati perkembangan teknologi hingga seperti ini, juga karena para penemu atau pengembang ilmu pengetahuan selalu menyebarkan rumus, teori, ilmu, dan dokumen yang menyertainya dalam bentuk terbuka. Lihat kembali sejarah perkembangan matematika, fisika, kimia, biologi, kedokteran, elektronika, agama (ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu hadits), dan lain-lain, yang kita nikmati saat ini, semuanya terbuka.

Apakah Hanya Software yang Open?

Jawabnya “tidak”. Meskipun pada awalnya free software atau open source software lebih ditujukan untuk software (sesuai namanya), saat ini gerakan terbuka ini sudah merambah ke berbagai bidang. Misalnya, dokumentasi atau manual tersedia dengan lisensi Free Documentation License atau Free Publication License. Maknanya tidak jauh berbeda dengan Free/Open Source Software, yaitu bahwa dokumen atau manual atau buku tidak hanya tersedia dalam versi cetak, tapi juga versi yang dapat diedit, misalnya HTML, ODT, dan lain-lain.

Istilah yang lebih populer untuk ini adalah Open Document. Misalnya, saya menggunakan software yang mendukung Open Document dalam menyusun makalah ini, yaitu OpenOffice.org untuk membuat Open Document Text (ODT) dengan format XML (eXtensible Markup Language). Contoh lainnya Open Document Spreadsheet (ODS), Open Document Presentation (ODP), dan lain-lain. Open Document tidak hanya menyangkut ketersediaan dokumen secara digital, namun juga prosedur penyimpanan atau format dokumen (misal XML), sehingga semua software pembaca dokumen dapat mengedit semua dokumen yang memiliki format open document.

Contoh lisensi terbuka selain software dan dokumen adalah musik, video (lihat film Elephant's Dream di majalah InfoLINUX edisi 7, 2006), dan lain-lain. Ada istilah yang telah lama digunakan dalam ICT, yaitu Open System dan Open Standard. Open Standard telah terbukti digunakan banyak pihak, seperti Internet (tcp/ip, http, smtp, dll.), gambar (png), audio (ogg), dan sebagainya.

Apa Peran Kita?

Secara sadar atau tidak, kita sudah sering menggunakan open source software, open document, dan open-open lainnya. Anda pernah mengakses detik.com atau google.com? Menggunakan Linux dan OpenOffice.org? Mengakses VoIP dan video conference via Internet? Atau malah sering kirim SMS untuk mendapatkan hadiah? Itu semua menunjukkan bahwa Anda (kemungkinan besar) telah menggunakan produk open source.

Agar kita terus dapat memanfaatkan karya bersama ini, sudah sewajarnya kita perlu ikut terlibat di dalamnya, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Berikut ini beberapa contoh peran yang dapat kita ambil dalam pengembangan produk-produk terbuka.

1. Software

Sebagai pengguna komputer, yang awam terhadap ilmu pengembangan software, kita telah membantu pengembangan FOSS jika kita telah menggunakannya. Paling tidak, jika kita mendapatkan manfaat, maka kita telah memberi pahala kepada pembuatnya. Terlepas dari apa pun agamanya dan terlepas diterima atau tidak pahala itu oleh Tuhan-nya (maaf kalau Anda tidak sependapat). Yang lebih mudah dipahami, para pembuat program akan senang jika programnya dimanfaatkan orang lain.

Jika kita dapat menemukan ada yang salah (bug), atau kita punya ide agar program menjadi lebih baik, lalu kita sampaikan kepada pembuat program tersebut, maka ini menjadi peran kita yang sangat besar dalam pengembangan selanjutnya. Apalagi kalau kita mampu memperbaiki atau mengembangkan sendiri atau bersama-sama, maka ini menjadi peran yang luar biasa.

2. Documentation

Setingkat lebih tinggi dari sekadar menggunakan, kita telah berperan besar dalam pengembangan FOSS jika kita membuat catatan (istilah sederhana dari dokumentasi) tentang apa saja yang telah kita lakukan bersama FOSS. Orang lain akan mendapatkan manfaat yang lebih besar, jika catatan kita itu tersedia di Internet, majalah, atau buku. Atau paling tidak, kita bercerita kepada teman bahwa kita telah bisa menggunakan OpenOffice, misalnya. Itu akan mendorong teman kita untuk ingin tahu lebih lanjut, lalu akan timbul keinginan ikut menggunakan, dan seterusnya.

Bukan rahasia lagi, penulis bukan merupakan profesi yang diidamkan banyak orang. Salah satu alasannya, hanya sedikit penulis yang sukses (dalam arti materi dan popularitas), apalagi penulis buku non-fiksi. Cerita kesuksesan JK Rowling pun tidak berhasil mengangkat gengsi penulis di Indonesia. Barangkali perlu Akademi Penulis Indonesia (sebagai pengganti API TPI dan AFI Indosiar...hehehe). Jadi, jika kita mau menulis tentang FOSS, meskipun sedikit, lalu membagikannya ke orang lain, maka ini merupakan peran yang sangat besar terhadap perkembangan FOSS. Belum lagi adanya efek lain, misalnya mendapatkan honor atau penghargaan lainnya atas karya cipta kita itu.

3. Support dan lain-lain

Support merupakan kata yang dijadikan “senjata” oleh para “pemusuh” gerakan FOSS. Secara makna, FOSS lemah dalam hal support adalah benar, karena FOSS, terutama Free Software seperti Linux dan OpenOffice, memang tidak hanya disupport oleh pembuatnya, yang umumnya tidak otomatis memberi support langsung. Support boleh diberikan oleh siapa pun. Ini kosekuensi logis (suatu keniscayaan) dari konsep dan lisensi FOSS. Tidak ada larangan dari siapa pun kepada siapa pun untuk memberikan support, baik secara berbayar maupun free.

Secara bisnis, di sinilah kelebihan FOSS. Karena tidak ada perusahaan yang berhak secara tunggal memberikan support, maka perusahaan besar atau kecil, kaya atau miskin, terkenal atau tidak dikenal, punya peluang yang sama. Siapa bisa memberikan support terbaik dengan biaya termurah, dia lah yang akan mendapatkan manfaat terbesar.

Jika kita bisa memberi support, misal dengan menjawab pertanyaan teman, menjawab pertanyaan di Internet atau milis, atau membantu secara fisik, maka itu lah peran kita yang nyata dalam pengembangan FOSS. Apalagi jika kita dapat menggabungkan Support dan Document, yaitu membuat dokumen tentang apa saja yang telah kita lakukan dalam melakukan support, maka peran kita menjadi luar biasa. Bagaimana kalau ketiganya, mengembangkan software, membuat dokumen, dan memberikan support? Anda berhak dapat bintang yang halal...hehehe.

Friday, June 16, 2006

Mohon koreksi, apa itu Linux?

Dalam melakukan komporisasi (tepatnya advokasi) seputar pemakaian Linux dan free software, saya sering menggunakan istilah-istilah atau pernyataan berikut ini:

1. Kata Linux memiliki banyak makna, antara lain:

a. Linux adalah nama Kernel yang dibuat pertama kali oleh Linus Torvalds, kemudian dikembangkan oleh banyak orang dari seluruh dunia.

b. Linux adalah kernel dan banyak software lain yang membentuk sistem operasi.

c. Linux merupakan pemendekan GNU/Linux, meskipun ada yang tidak setuju, dengan alasan tidak semua software yang melengkapi kernel Linux berasal dari projek GNU.

d. Secara awam, Linux adalah sistem operasi komputer yang dilengkapi berbagai aplikasi berbasis teks dan grafis.

e. Linux adalah ikon gerakan free/open source software (FOSS). (Saya sebut gerakan, dg penjelasan di no. 2-3-4, dan saya pribadi lebih memilih istilah free dibanding open source).

2. GNU/Linux adalah free software, yang otomatis juga open source.

3. Lisensi GNU/Linux adalah GPL/LGPL, yg artinya siapapun dapat menggunakan, mempelajari, mengembangkan, dan menyebarluaskan.

4. Mengacu 1-2-3, berarti Linux bukan perusahaan, hanya nama sistem operasi yang dapat dimiliki siapa saja. Beda dg Windows (milik perusahaan Microsoft), Macintosh (milik perusahaan Apple), AIX (milik IBM), dll.

5. Karena 1-2-3, ada banyak jenis (distribution atau distro) Linux, yaitu sistem operasi Linux yang dilengkapi berbagai program, tool, dan aplikasi.

6. Tidak semua distro Linux adalah free software, karena ada paket di dalam distro tertentu yang bukan termasuk free software, meskipun bebas digunakan dan digandakan.

7. Tidak semua distro Linux bebas digunakan dan digandakan, karena ada sebagian proprietary software di dalamnya.

Mohon koreksi/saran/penjelasan terhadap 7 (11 item) di atas. Masih banyak lagi yang ingin saya mintakan koreksi/penjelasan, tapi ini dulu agar tidak memberatkan teman-teman.

Jika teman-teman malu atau sungkan menjawab via milis/blog, boleh japri ke email saya, rus at infolinux.co.id.

Saturday, April 22, 2006

TTM dengan Linux

Boleh percaya boleh tidak, judul ini memang mengada-ada. Beberapa waktu lalu saya melihat teman-teman jatuh cinta sama Linux, tapi tidak bisa menyandingkan Linux terus-menerus dengan komputernya. Hanya di saat-saat tertentu saja mereka bermesraan dengan Linux, misalnya hanya menggunakan Linux untuk memutar MP3 lagu Teman Tapi Mesra yang sedang populer waktu itu.

Dalam kesehariannya, misalnya di saat komputer digunakan untuk memenuhi kebutuhan bekerja sehari-hari seperti membuat makalah atau laporan keuangan sederhana, termasuk mengetik skripsi, mereka tidak bisa berpisah dengan software yang sebenarnya tidak disukainya, MS Windows 98 yang dilengkapi MS Office 97. Bukan hanya karena mereka tidak mampu membelinya, sehingga mereka membajaknya, lalu takut terhadap sweeping polisi, tapi juga kekhawatirannya terhadap virus dan komputer yang sering hang.

Ada apa gerangan? Rupanya, teman-teman saya itu hanya mampu membeli komputer bekas, dengan prosessor setara Pentium 1 dan RAM 64 MB. Mereka sudah mencoba menginstall beberapa jenis Linux dan OpenOffice.org terbaru, tapi tidak ada satu pun yang bisa menggantikan Windows 98 dan Office 97 itu. Teman saya itu belum bisa menggunakan Abiword dan Gnumeric untuk menggantikan MS Word dan Excel. Itu lah masalahnya.

Jadi, saya menyebut teman-teman saya itu menjadikan Linux sebagai Teman (tapi hanya di saat ingin) Mesra saja, bukan sebagai pasangan hidup...hehehe. Btw, mohon tidak menghubungkan cerita ini dengan isi lagu Teman Tapi Mesra milik Ratu itu.

Lalu, bagaimana teman-teman itu bermesraan dengan Linux untuk memutar MP3? Jawabnya, mereka menggunakan Damn Small Linux. Anda ingin Teman Tapi Mesra dengan Linux juga? Atau sebaliknya, jangan-jangan Anda TTM dengan MS Windows. :-)