Sebagai contoh, tulisan dan gambar ini saya buat pada sebuah komputer dengan sistem operasi Linux dan program Kstars. Saya ingin mengetahui kapan terjadinya bulan sabit atau hilal pada Ramadhan dan Syawal 1433 H / 2012 M. Tulisan ini tidak membahas perbedaan pendapat di antara ulama atau ahli falak, tapi hanya membahas bagaimana dan kapan bulan sabit terjadi.
Gambar 1. Bulan di atas ufuk saat matahari terbenam 18 Agustus 2012
Lebih dahulu kita sepakati beberapa hal. Pertama, peredaran bulan, bumi, dan matahari itu sangat teratur, kecuali suatu saat Tuhan menghendaki lain (misal karena kiyamat), sehingga kita bisa menentukan jam-menit-detik kapan matahari terbit, terbenam, terjadi gerhana, dsb. Kedua, jumlah hari dalam satu bulan itu bulat, misal 28, 29, 30, dan 31, meskipun waktu tepatnya satu bulan sebenarnya tidak bulat, sehingga tidak ada jumlah hari dalam sebulan itu pecahan, misal 29,5. Untuk bulan berbasis peredaran "bulan/moon" atau Qomariyah, jumlah hari dibulatkan 29 atau 30, tidak ada 28 dan 31. Ketiga, bulan tidak memancarkan sinar, sehingga kita dapat melihat dengan mata karena bulan terkena sinar matahari.
Dengan tiga kesepakatan di atas, kita lihat di Jakarta, bulan sabit Syawal 1433 H terjadi pada malam Minggu (19 Agustus 2012), karena ketinggian bulan saat matahari terbenam pada Sabtu sore 18 Agustus 2012 sekitar 7 derajat. Bulan sabit yang sudah tinggi ini juga akan terlihat di timur dan barat Indonesia, demikian pula di Arab Saudi. Jika ditarik mundur 30 hari ke belakang, bulan sabit Ramadhan 1433 H terjadi pada 20 Juli 2012, sehingga lama bulan Ramadhan 30 hari, karena ketinggian bulan saat matahari terbenam pada 19 Juli 2012 di atas ufuk sekitar 1 derajat, kecuali saya/komputer salah atau Allah menghendaki lain. Tunggu dulu... apakah ketinggian 1 derajat itu dapat dilihat dengan mata atau teropong?
Gambar 2. Bulan di atas ufuk saat matahari terbenam 19 Juli 2012
Secara manusiawi, bulan setinggi 1 derajat tidak dapat dilihat dengan mata atau teropong, kecuali dengan teropong canggih yang dapat melihat bulan meskipun sinar matahari tidak mengenai bulan. Kalau diskusi soal batas ketinggian bulan ini, kita akan masuk wilayah perbedaan pendapat atau khilafiyyah penentuan hilal. Misalnya, jika Anda berpendapat "mata kepala harus melihat bulan", maka bulan sabit atau awal Ramadhan jatuh pada 21 Juli 2012, sehingga lama bulan Ramadhan 29 hari.
Jika kita sama-sama beragama Islam, kita sepakat juga bahwa 1 Ramadhan dan 1 Syawal ditentukan dengan "melihat" hilal atau mengetahui adanya bulan sabit. Sedangkan cara melihat/mengetahui bulan sabit boleh tidak sepakat, apakah akan menggunakan mata "telanjang", mata dengan "teropong konvensional", mata dengan "teropong canggih", atau mata dengan "teropong komputer" seperti ketika menentukan jadwal sholat, jadwal gerhana bulan/matahari, dsb.
Jika ummat Islam ingin menggunakan jadwal atau kalender yang sama, maka perlu ada yang mengalah (ada toleransi). Karena meskipun sudah menggunakan alat yang sama (mata atau teropong), tetap bisa terjadi perbedaan pendapat. Apalagi kita sepakat bahwa kita tidak bisa bertemu Nabi SAW untuk meminta keputusan tunggal, dan hanya Allah yang pasti (Maha) benar. Wallahu a'lam bish-shawab.