Friday, January 21, 2011

Menjemput Rezeki Terkait Desain Grafis

Menjemput Rezeki Terkait Desain Grafis ...

Jumlah pelaku bisnis di bidang desain grafis seperti penerbitan dan periklanan (cetak dan elektronik) sangat besar di Indonesia. Saya belum menemukan data lengkap, tapi saya memperkirakan jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu. Usaha ini menyerap tenaga kerja ratusan ribu hingga jutaan orang. Anda bisa lihat buktinya di pinggir-pinggir jalan, media cetak dan elektronik, hingga pakaian dan peralatan yang Anda gunakan beraktivitas saat ini.

Semua usaha itu membutuhkan program untuk menggambar, mengedit foto, dan atau menata tampilan (layouting). Semuanya pasti ingin untung. Dan semuanya pasti ingin bahagia di seluruh waktu kehidupannya, mulai di dunia sekarang, di alam barzah nanti, dan di akhirat yang akan datang. Tidak ada yang ingin menderita seperti Gayus (maaf Pak Gayus, semoga Anda telah tobat hari ini), meskipun suka gayus (garang asem yang untuk sarapan). :-)

Ukuran bisnis terkait desain grafis ini mulai dari usaha rumah tangga dan kaki lima (usaha mikro), usaha kecil, usaha menengah, koperasi, hingga konglomerat media cetak dan elektronik. Bentuk produk (jasa/barang) juga sangat beragam, antara lain iklan, stempel, logo, spanduk, poster, baliho, brosur, poster, buku, bulletin, majalah, tabloid, hingga koran harian beroplah jutaan eksemplar. Bahkan mungkin tidak Anda duga, usaha tekstil dan fashion (batik, kaos, topi, dll.), aksesoris, dan sebagainya itu juga butuh program desain grafis.

Para pengembang dan penggiat Open Source telah mengenalkan beberapa program untuk ini sejak lebih sepuluh tahun yang lalu. Para pelajar, mahasiswa, karyawan, dan pengusaha terlihat sangat semangat dengan berbagai caranya mengenalkan program Open Source terkait grafis yang diharapkan bisa untuk menjemput rezeki yang halal, baik, dan berkah. Salah satunya seperti pesan-pesan yang akan lewat di bawah ini ... :-)
  • Judul: Workshop Sehari Desain Grafis dan DTP Berbasis Open Source
  • Tempat: LP3T-NF Rawamangun, Jl. Paus Raya 92F (samping kanan terminal bis) Jakarta Timur.
  • Waktu: Kamis 27 Januari 2011, pukul 09.00 - 16.30 WIB.
  • Materi: Pengantar gambar digital, menggambar dengan Inkscape, mengedit foto atau gambar bitmap dengan Gimp, dan menata tampilan dengan Scribus.
  • Instruktur: Penulis buku Desain Grafis InfoLINUX dan pengajar komputer di sebuah lembaga pendidikan.
  • Penyelenggara: Majalah InfoLINUX bekerja sama dengan PinPoint Event Organizer.
    Jika Anda atau teman, anak, adik, kakak, om, tante, ibu, bapak, bahkan nenek dan kakek Anda ingin bekerja dan berusaha terkait desain grafis secara halal, baik, dan berkah, maka kesempatan ini sangat sayang ditinggalkan. Info selengkapnya silakan email ke pinpoint.event@gmail.com.

    Wednesday, January 19, 2011

    Sembilan Kebohongan Kurang Dua dengan Open Source

    Tujuh kebohongan dengan Open Source yang bukan hoax ini mungkin pernah saya dan Anda lakukan dengan berbagai alasan.

    1. Sedang pakai Pidgin untuk online di Gtalk/YM, tapi dalam status tertulis "Sedang Pergi".

    2. Sedang pakai Firefox untuk akses FB dan baca blog atau Notes saya ini dengan santai, tapi di status Chat tertulis "Busy".

    3. Mau mengirim email dengan Evolution ke seseorang, tapi lebih dulu Edit > Setting lalu mengganti alamat email dengan nama@kamuinisiapa.sih.

    4. Menjalankan server email Postfix dari laptop, tapi dalam file /etc/postfix/main.conf ada baris "myhostname = infolinux.co.id".

    5. Sharing direktori ke jaringan dengan Samba, tapi di dalam file /etc/samba/smb.conf ada baris "server string = ... (Windows Server)".

    6. Memasang Linux di laptop dual boot dengan Windows, tapi dalam menu boot loader Grub hanya ada Linux.

    7. Mengakses internet pakai Wine dan IE di Linux, tapi bilang ke teman hanya menggunakan program Open Source. :-)


    NB:

    * Alasan saya menulis tujuh "kebohongan" di atas untuk mengenalkan tujuh nama program Open Source.

    ** Jika masih ada "kebohongan-kebohongan" lain, tolong Anda tuliskan agar genap sembilan atau sekalian 18 ... hehehe, latah.


    Monday, January 17, 2011

    Desktop Publishing antara Berbohong dan Mencuri

    Desktop Publishing antara Berbohong dan Mencuri ...

    Ide menulis ini mencuat pada saat saya mengedit buku tentang Desktop Publishing dengan Free/Open Source Software, setelah beberapa saat sebelumnya mendengar berita tentang kebohongan. Tulisan ini tidak ada hubungan dengan politik dan kenegaraan, tapi berhubungan dengan karya cipta buku yang menggunakan komputer untuk menulis, membuat gambar, mengedit, melayout, dan "kebohongan" yang mungkin dilakukan oleh teman "maya" saya bernama Layouter, nama yang keren sesuai dengan profesinya. :-)

    Layouter mendapatkan order untuk melayout dan mencetak sebuah buku. Pemesannya meminta agar Layouter membuat desain dan tata letak buku itu dengan program CorelDraw, Photoshop, dan InDesign sebagai Desktop Publishing, lalu menyerahkan hasil cetak dengan menyertakan file dalam format PDF. Layouter menyanggupi dengan syarat boleh membuat buku itu menggunakan Inkscape, Gimp, dan Scribus. Alasannya, keuntungan usaha Layouter dalam setahun tidak cukup untuk membeli tiga software pertama plus sistem operasi Windows-nya. Layouter sudah punya komputer dengan sistem operasi Linux BlankOn Sajadah yang berisi Inkscape, Gimp, dan Scribus, tanpa biaya lisensi.

    Kata pemesan, "Tidak bisa, karena dalam dokumen pengadaan menyebutkan harus menggunakan tiga software pertama itu."

    Layouter sempat bingung antara harus mencuri lisensi software atau berbohong dengan menggunakan software lain. Setelah merenung cukup lama dan memohon petunjuk kepada Tuhan, teman saya menyanggupi untuk mengedit, melayout, dan mencetak buku itu, lalu menyerahkan hasil cetaknya sesuai keinginan pemesan, lengkap dengan PDF-nya. Pemesan menerima dengan senang, karena hasilnya sesuai harapan. Tapi pemesan tidak tahu bahwa buku itu tidak dibuat dengan software sesuai permintaannya.

    Bagaimana menurut Anda, mendukung teman saya itu "berbohong" atau mencuri?

    Kisah ini dapat dijadikan pelajaran untuk bidang-bidang kerja lain, termasuk pendidikan. Apakah para pemimpin, kepala sekolah, dan guru akan tetap mencuri? Atau "berbohong" (dalam tanda petik, karena sebenarnya tidak berbohong) dengan mengajarkan yang tidak sesuai silabus tapi hasilnya sesuai kurikulum?

    Maaf, ini tidak ada hubungan dengan "huru-hara" 18 kebohongan di dunia lain. :-)