Jika Anda penasaran Linux untuk server, gunakan www.netcraft.com untuk mengetahui sistem operasi (OS) apa yang digunakan oleh server-server raksasa milik "perusahaan-perusahaan raksasa". Misalnya semua server dengan sub domain google.com, demikian pula search.microsoft.com menggunakan OS Linux.
Lalu, mengapa ada PC dan penggunanya "menolak Linux" padahal banyak server dan penggunanya menerima GNU-Linux, dan banyak pengguna tablet/handphone menerima Android-Linux?
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di Indonesia, adanya PC dan penggunanya "menolak Linux" antara lain disebabkan oleh salah satu atau beberapa hal ini:
- PC itu berisi perangkat keras yang belum mendukung Linux, misalnya printer dan scanner merek dan tipe tertentu.
- Pengguna PC itu membutuhkan program yang tidak dapat dijalankan di Linux, misalnya RKAKL yang saat ini dipakai pemerintah Indonesia dan games yang saat ini masih popular.
- Pengguna PC itu diperintah oleh atasan atau bosnya untuk membuat dokumen perkantoran (teks, spreadsheet, presentasi, gambar) atau tugas lain yang harus dijalankan dengan sistem operasi bukan Linux.
- Pengguna PC telah mendapatkan program bukan Linux dalam PC yang dibelinya, sehingga selama memakai PC tidak mengenal Linux. Tak kenal, maka tak sayang.
- Pengadaan barang/jasa di berbagai instansi tidak mensyaratkan Open Source dan bahkan mengarah ke merek tertentu, sehingga Linux tidak memenuhi ketentuan pengadaan.
- Beli PC atau perangkat keras PC yang telah mendukung Linux, misalnya (bukan promosi, hanya contoh) printer LaserJet/Deskjet HP, printer dan scanner Canon MP287 (meskipun harus download driver lebih dulu), dll.
- Meminta pemerintah memberikan program yang wajib dipakai bisa jalan atau diakses dari Linux, misalnya tersedia RKAKL versi Linux atau versi web yang dapat diakses dari browser web di Linux.
- Membuat kesepakatan bersama para pengguna PC, termasuk pemimpinnya atau atasannya, untuk menggunakan program yang sesuai dengan standar dokumen perkantoran yang telah menjadi SNI (Standar Nasional Indonesia) dan ISO/IEC 26300, yakni OpenDocument Format, misalnya OpenOffice dan LibreOffice.
- Memesan ke toko/penjual PC atau pemenang lelang pengadaan PC untuk memasang Linux dan semua program penting seperti Open/LibreOffice, Gimp, Inkscape, dan lain-lain pada komputer yang dikirimnya.
- Memberi tahu kepada para penyusun dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah, swasta, dan lembaga pendidikan tentang prinsip dasar bahwa Open Source itu netral. Jika syarat pengadaan menyebutkan harus Open Source, maka siapa pun dapat menyediakannya, karena tidak ada software yang tidak dapat dijadikan Open Source jika pembuatnya "mau".
Open Source itu netral. Open Source itu adil (fair). Open Source itu kebersamaan. Dan Linux itu Open Source.
30 comments:
Di Internet For Kids ada juga pengguna anak-anak yang kebingungan karena biasanya di sekolahnya belajar komputer menggunakan "bukan Linux"...
Yang begini butuh penyesuaian sedikit lebih lama...
Pengguna yang sama sekali baru walaupun anak-anak TK dan SD sekalipun, jauh lebih mudah mengerti...
Perkenalan pertama ternyata ada pengaruhnya juga! :-)
setuju pak, dan semuanya dikembalikan ke manusianya (baca:pimpinan pemerintah) :)Regards
Mungkin sebagai tambahan pak, user yg biasa memakai win**ws malas buat belajar memakai linux. "Ini ada yg gampang kenapa mesti pakai yg ribet toh hasilnya sama saja"
Alasan yg sering digunakan user dikantor saya.
Sepertinya harus mengadakan amal sodaqoh installer sebelum uang para orang kaya terpaksa memilih windows 7 karena ketidak tahuan atau kepraktisan disaat membeli
Assalaamualaikum Pak Rus, setelah 31 Desember 2011, what next?
Saya pernah tanya sama orang Pustekkom, sewaktu mereka (tim) datang ke Manokwari untuk sosialisasi situs belajar.kemdiknas.go.id, mengenai kurikulum yang seharusnya sudh menggunakan FOSS dan linux demi untuk penghematan, etika (agar tidak menggunakan sofware bajakan), keamanan (dari virus dan malware) dan tentang SK Menpan (mengenai penggunaan FOSS di instansi pemerintah), termasuk juga mengapa presentasi yang mereka lakukan masih menggunakan Windows 7. Jawabannya : Kemdiknas menganjurkan menggunakan FOSS (lips service???) tetapi tidak bisa mewajibkan karena Kemdiknas sendiri sudah ada MoU dengan Microsoft. Saya ingat, sebelumnya saya pernah di tegur oleh Wakasek Kurikulum karena mengajarkan OpenOffice Impress, dan Calc (bukan PowerPoint dan Excel). Saya sudah jelaskan alasannya, tetapi tetap tidak bisa, karena ujian kelas 3-nya soal diseragamkan untuk satu kabupaten dan materi ujiannya tetap mengenai Ms Office, CorelDraw dll. yang berbasis Ms Windows. Jadi kesimpulannya Pemerintah tidak pernah sungguh-sungguh mengimplementasikan Linux dan FOSS ... dan kemungkinan pembajakan software akan tetap semarak di negeri ini, g tau dah pusiiing ....
Pertanyaan untuk pak Sapto, pemerintah itu yang mana? Kata Kang Onno W. Purbo, apakah masih perlu ada pemerintah? :-) Banyak sekolah swasta bisa bertahan dan berhasil mengajarkan TIK berbasis FOSS.
Dalam menentukan materi ajar dan ujiannya, para guru (MGMP TIK) dan dinas pendidikan BISA menentukan software apa yang akan digunakan untuk belajar dan ujian. Tidak harus mengikuti "paksaan" untuk menggunakan software proprietary.
Kalo saya perhatikan di tempat saya, hampir semua instansi pemerintah kebijakannya masih pake windows (legal or illegal one, I don't know), termasuk instansi Pendidikan, kepolisian, kejaksanaan, dan Kominfo masih menggunakan OS Windows. Saya tadinya berharap ada "push" dari pemerintah pusat (Kemdiknas) untuk mewajibkan penggunaan FOSS dalam pendidikan di sekolah-sekolah, tetapi setelah mengetahui adanya MoU dengan Microsoft tersebut, saya rasa saya tidak perlu lagi mengharapkan hal itu. Memang ada beberapa orang yang saya kenal (guru, dosen, peg. pajak, Bappeda, pegadaian dll.) mulai mengenal dan mencoba menggunakan Linux (masih dual boot dengan windows), tetapi hanya pada level individu belum menyentuh hingga mempengaruhi kebijakan di instansi mereka bekerja. Saya sendiri sekarang mengajarkan FOSS dan linux bukan pada mata pelajaran pokok (TIK), tetapi pada pelajaran tambahan diselipkan di Mulok (a.l. Inkscape dan GIMP). Karena tidak sperti di daerah lain, kebanyakan sekolah swasta di sini masih tergantung sama "belas kasihan" pemerintah. Dalam mengajar TIK saya menggunakan Wine u/ jalankan Office 2007 dan Virtualbox untuk "mainkan" Corel Draw. Dan saya bangga sebagai Linuxer, terutama saat kegiatan2 pelatihan, laptop saya desktop-nya selalu tampil beda dan terlihat paling unik, apalagi saat presentasi :).
sepanjang pengalaman saya pengembangan aplikasi yang berbasis platform bebas itu yang penting dokumen yang dihasilkan (tampilan di layar, versi digital, versi cetak) dianggap sama dengan aslinya, pengguna akan mantuk2 saja. sudah banyak aplikasi2 standar punya pemerintah yang diobrak-abrik oleh teman2 programmer di tempat saya agar dapat digunakan secara online (web-based) sehingga bebas digunakan oleh OS apa saja, di mana saja. artinya apa? pengembang2 aplikasi2 semacam RKAKL itu sempit wawasannya :-p.
setiap hari sabtu saya selalu membeli koran untuk melihat LAMARAN PEKERJAAN (banyak di hari sabtu). disana banyak tertera dibutuhkan seseorang yg bisa mengoperasikan WINDOWS dan EXCEL (terlebih jika menyangkut masalah data laporan keuangan) dari mulai EDP, admin, sampai ACCOUNTING...begitu pula dengan design grafis...sebuah dilema bagi mereka.
ada lagi saat belajar di SMU menggunakan OPEN OFFICE tapi ketika kuliah menggunakan EXCEL (atau sebaliknya)...ini salah pengajar yg menggunakan soft property atau menyangkut tentang dunia kerja yg akan dihadapi oleh para siswa...???
Menuggu Android bisa kompatibel n bisa lancar jalan di desktop / semua hardware, terutama yg versi 5 ke atas.
shrusnya linux yang harus menyediakan semuanya......
karena linux opensource.
sedangkan os lain contoh win closesource, knp dia bisa support dengan device yang begitu banyaknya...
mudah kan utk menjawab semua itu, tinggal kita liat lagi itu sorcenya...itu jwb pakar....
Kalau supportnya baik dan tersebar luas, pasti banyak yang menggunakan Pak.
Katakanlah kasusnya begini :
Perusahaan besar yang memiliki 1000 cabang, ketika pindah Linux maka pertanyaan berikut muncul :
- Siapa yang support OS ?
- Siapa yang support hardware ?
- Siapa yang support aplikasi A ?
- Siapa yang support aplikasi B ?
- dll
Aplikasi2 bisnis serius apa yang tersedia di Linux ? Siapa yang support ?
Secara realistis, berapa entitas baik perusahaan / komunitas yang bisa support ini ?
Salam,
Pelaku Bisnis IT
nambah satu lagi om...
orang belum pake linux karena linux butuh internet untuk terus maju (pengalaman ane pas nginstall kompi family ane di dusun...)
@Ivanbae, sebenarnya bisa diatur install linux tanpa internet, misal utk kebutuhan komputer office dasar atau membawa dvd lengkap seperti ubuntu 11.10 plus repositorynya atau minimal seperti yg ada di dvd majalah infolinux. Untuk install lengkap dan update, windows juga butuh internet.
Support Linux disediakan oleh banyak perusahaan, selama mau membayar support. Misal beli oracle utk Linux, perusahaan Oracle dan partnernya pasti mau support jika pembeli juga beli support. Sebaliknya, pakai Windows tanpa membeli support maka pembuat Windows juga tidak mau mensupport jika ada masalah pada pengguna. Ada uang ada support, meskipun ada juga support gratis via milis dll.
Kalo memang dirasakan windows lebih baik daripada linux, saya rasa hak setiap orang untuk memilih apa yang dia sukai dan apa yang dia tidak sukai ... Semuanya tergantung kepada apa telah biasa kita lakukan. Ala bisa karena biasa, yang penting tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar hukum dan etika. Isu yang santer dlm persoalan penggunaan OS Windows di negara kita adalah soal legalitas, virus dan malware .... Isu pada dunia linux dan opensource adalah masalah support dan driver. Pilihan di tangan kita masing-masing .... Menurut sy kalo memang ingin pake linux, driver bukanlah masalah, kita bisa membeli hardware yang sudh full support oleh linux (banyak sekaliii ..) ... Kalo memang masalah support software, bukankah ubuntu, redhat dan beberapa distro besar lainnya juga memberikan support ..? Jawabannya adalah banyak orang yang sukar untuk menerima perubahan ... :) Kunci untuk merubahnya ada pada pendidikan anak2 di sekolah ....
Ini OOT, tapi saya kurang setuju dengan statemen yang ini: "Open Source itu netral. Open Source itu adil (fair). Open Source itu kebersamaan. Dan Linux itu Open Source."
Mungkin secara filosofis atau konsep, Opensource dan gerakan free software itu mengutamakan keadilan, kebersamaan, dan netralitas. Tapi menurut saya, dalam penerapannya, keadilan dan netralitas itu belum dicapai. Entah ini karena sistem, atau kompetensi orang-orangnya (itu berarti semua praktisi).
Penggunaan resource linux saat ini sangat besar, tidak ada bedanya dengan windows atau Mac. Distro keluaran baru-baru ini mensyaratkan ram minimal 512mb. Komputer pentium 4 dengan ram 256 saat ini masuk "kategori puppy", maksudnya, kalau kita bertanya ke forum2 distro apa yang cocok, pasti langsung dirujuk ke distro "ringan" seperti puppy atau Damnsmalllinux.
Masalahnya, sebagian besar software productivity atau yang sehari-hari digunakan selalu "dirancang" untuk distro mainstream, "saja". Mulai dari paket instalasi, support, cara instalasi dan troubleshooting, umumnya dirancang untuk distro buntu-buntu atau berbasis rpm.
Pengguna linux lighweight, atau bahkan slackware yang "cukup mainstream" sekalipun, harus melakukan segalanya secara manual, edit sana-sini, kompilasi sendiri. Pekerjaan yang memakan waktu dan tidak mudah bagi pemula, atau orang-orang yang bidangnya bukan IT. Okelah, beberapa distribusi memang ditujukan untuk poweruser, tapi karena keterbatasan kemampuan hardware, non-poweruser jadi terpaksa menggunakan distro poweruser yang ringan.
Apakah non-poweruser harus selalu membeli hardware terbaru agar pekejaan biasa seperti browsing, mengetik, mengolah data, pekerjaan2 yang tidak berbeda jauh dengan 5 tahun lalu, bisa dilakukan dengan mudah? Bagaimana jika tidak ada dana? Dimana keadilan dan kebersamaan?
(Maaf, ini agak emosional)
Dear @Mufti Yg. terhormat :
Jika memang komputer Anda agak "jadul" dan msh. ckp. berat mnjalankan distro linux yg. lahir belakangan ini, bisa diinstall dgn. distro linux yg. waktu "lahirnya" kira2 bersamaan dgn. waktu lahirnya hardware komputer Anda ...
Redhat 7.3 dgn aplikasi StarOffice 5.2 / OpenOffice 1.1 dan Printer canon sp100 masih bisa berjalan di komputr. "jadul" sy. dgn. spek PII 400 ram 128 Mb. VGA Matrox 8Mb ... Masih bisa produktif :) (y) ...
Tetangga, sy installkan Mandrake 9.2 di komputer Celeron 667 Ram 192 Mb. ...
Di netbook intel atom dgn. hrga +- 2.7 jt. (relatif murah, kan?) sy. installkan distro Pinguy 11.04 (turunan ubuntu 11.04) dgn. LibreOffice 3, Inkscape, gimp, semua efek 3D desktop-nya jlan. mulus ...
Kalo mau pake komputer y harus belajar jd. operator komp. Kl. mau bisa mengoperasikan linux y hrs belajar linux (g susah kl. memang niatnya "mau").
Kl. mmg masih dirasa sulit, y daripda beli software propietary yg. mahal lbh baik buat kursus linux ... :) dapat tmbah ilmu ...
Kl. malas y pake mesin ketik saja ...(kecuali pk.software propietary bajakan, apa iya begitu ???)
Pilihan ditangan kita msing2, baik buruknya sesuatu trgantung sudut pandang kita melihatnya dan bagaimana kita menyikapinya ...
Selalu ada pro kontra, selalu ada setuju tidak setuju dll. ...
mungkin karena sudah merasa nyaman dengan yang sudah ada :D
teman-teman sekalian...
mengapa banyak dari kita menganjurkan (baik ke orang pribadi, swasta, instansi pemerintah) untuk memakai linux? apakah karena linux itu open source dan gratis sehingga dapat menekan biaya? biaya yg minim dan terbuka sehingga dapat mengurangi kecurangan dalam anggaran belanja? apakah linux itu lebih baik dari os propietary? apakah karena linux itu lebih aman?...
beberapa hal (pengalaman saya pribadi) malahan saat saya mencoba membudidayakan linux, baik di lingkungan keluarga, teman, dan kantor, hampir semua dari mereka bilang bahwa linux itu tidak nyaman dan sulit. saya bertanya kenapa tidak nyaman dan sulit? ternyata persoalannya kembali kepada kompatibilitas dan pembelajaran.
yg di kantor sempat pusing dikarenakan ada dokumen dari pusat (dan juga banyak sekali dari pihak luar) yg memakai office dengan equation (rumus) dan ketika dibuka di libre gak nongol rumusnya, nah loh. ada lagi yg menerima file spreadsheet excel dibuka pakai libre malah jadi amburadul. ini masih ada masalah kompatibilitas antar aplikasi. dan untuk mencoba merestruktur dokumen tadi mereka butuh waktu lagi dan akan menjadi masalah apabila ada hal yg tidak mereka ketahui...
secara umum dari banyak pihak yg saya hadapi saya mendapatkan kesimpulan bahwa mereka yg enggan memakai linux karena mereka tidak mau belajar lagi sesuatu hal yg baru. sesuatu hal yg baru yg menurut mereka sangat teknis. maka dari itu ada baiknya dari kita untuk mengenalkan linux secara menyenangkan dan nyaman. kenalkan linux yg mudah dan siap pakai, tanpa mengharuskan mereka belajar hal-hal teknis tadi. kita tidak dapat memaksa orang untuk menyukai sesuatu yg jelas tidak membuat mereka nyaman. nyaman bagi kita belum tentu kata mereka. dan bisa dibilang "mereka" ini adalah orang-orang dewasa yg sudah sejak lama mengenal dan terbiasa dengan os propietary seperti ms windows. mungkin berjalan perlahan bisa, tetapi lebih penting lagi kalau kita menyiapkan anak-anak kita juga untuk mengenal linux sejak usia dini...
Menurut saya Linux malah lebih kompatibel dengan berbagai hardware, bahkan tanpa harus menginstall driver. Beda dengan Windows yang saat menginstallnya harus mendownload dan menginstall driver ini itu.
Baca lebih lanjut di posting saya.
contoh aplikasi serius di linux ya billing operator seluler, under RedHat, untuk menangani 40 jt pelanggan, operator seluler lain ada yg mengelola lbh 100 jt user/pelanggan. kalau msh kurang puas ya facebook yg sdh lbh dari 200 jt pengguna
Kenapa saya pakai linux?Ya jawaban nya ingin belajar lg dan tidak merugikan hak cipta orang lain yang kedua.Sampai saat ini saya merasa nyaman dengan memakai linux Untuk Browsing,Chating Dll dan yang paling saya suka tidak harus install driver walau ada ya tinggal download install selasai sudah.Mangga atuh cobian linux nya.hehehe
salam
Kang Firman
Yang bilang linux itu susi e susah adalah mereka yang g suka dengan perubahan ...
Sayang sekali jg bahwa uang negara yg harusnya bisa untuk rakyat, digunakan buat beli produk2 mikocok yg sebenarnya tidak perlu karena sudah ada padanannya yg jauh lebih murah .... Ya namanya jg otak proyek,kl g gitu mana dapat proyek :D
Menurut saya yang terpenting mempersiapkan generasi baru mulai dari SD, SMP sampai SMU dg set kurikulum open source. Namun ini tdk mudah, karena benturan dg pembuat kebijakan pendidikan yg blm mendukung sepenuhnya. Tetap semangat dan terus maju open source Indonesia
yang jadi masalah dalam memahami dan menjalankan filosofi open source karena tidak "open mind"
dari beberapa tutorial dalam memecahkan masalah penggunaan aplikasi dari segi isi mungkin dikatakan cukup baik, tapi dari segi motivasi, inovasi dan pendekatan secara Open Source, saya menilainya kurang baik.
Banyak saya temukan tulisan yang membahas beberapa program emulator yang familiar bagi kita seperti VMWare, VirtualBox, wine dan lainnya. Masing-masing menjelaskan detail HOWTO-nya. Dari segi isi ini tidak masalah. Tapi pertanyaan saya adalah “Mengapa kita harus selalu kembali ke Windows dan aplikasinya, padahal kita sudah berada di dunia istimewa dengan Linux?” Bagi saya, kalau mau bangga dengan Linux maka pakailah aplikasi Open Source untuk semua kegiatan kita. Tinggalkan semua aplikasi Windows (apalagi itu bajakan).
Satu lagi yang menjadi kendala untuk migrasi adalah tentang GAME, harus diakui Linux dan Open Source masih sulit beradaptasi di bidang ini. Banyak hal yang menghambat di bidang ini.
Sebenernya kuncinya satu, kalau mau GAMING maka beli CONSOLE GAME (PS3, Nintendo, XBox, dsb). Titik.
Ingat, Microsoft dan perusahaan ‘proprietary’ lainnya tak pernah sudi pasarnya berkurang. Kita adalah bangsa dengan potensi pasar luar biasa, jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia. Jika pemerintah mau meninggalkan ‘proprietary-centris’ dan mengalihkan alokasi dana infrastruktur IT dengan Open Source, maka berapa jumlah uang bisa dihemat dan diberikan untuk bidang lainnya?
Jika kita mengajak seseorang untuk memakai Linux maka kenalkan dia dengan program alternatif lain yang berfungsi sama dengan yang biasa ia pakai. Menyarankannya agar memakai program emulator hanya untuk menjalankan aplikasi Windows-based-nya bukan tindakan yang mendidik dan membangun.
Terakhir, untuk yang masih bermasalah dengan Open Source atau katakanlah tidak suka, it’s okay. tinggal bilang aja ... "Lanjutkanlah dunia anda, dunia yang sudah diciptakan oleh Bill Gate"
karena linux bukan untuk semua orang :D
menurut saya menggunakan linux & wind*ws sama saja tetapi apakah wind*ws yg kita gunakkan legal, contoh orang mencuri singkong dihukum berbulan" sedangkan kita sebagai pengguna wind*ws bajakan yg mengambil hak orang lain yang klo dihitung jumlahnya fantastis apakah kita tidak beda jauh seperti koruptor & banyak ulama yang bilang sekecil apapun mengambil hak orang itu haram tetapi dengan awamnya dia menggunakkan wind*ws & linux itu opensorce miliki kita & milik dunia sedangkan wind*ws closesource milik anggota jadi mereka hanya menguntungkan diri sendiri / grup !!!!! GO OPEN SOURCE
ada gak yang mau ngajarin installnya. Kmarin minta tolong temen ( ngakunya anggota komunitas linux ) eh, malah seluruh data di hardisk saya ilang semua. hadeh.......
Saya masig SMA dan saya tertarik sekali dengan linux , tp d daerah sekitarnya minim pengetahuan ttg linux
Post a Comment