Ini ada tanya jawab virtual. Linux di tanya jawab ini mewakili software free/open source lainnya.
Tanya (T): Katanya Linux itu gratis, apanya?
Jawab (J): Yang gratis dari Linux adalah izin atau lisensi-nya.
T: Izin untuk apa?
J: Izin mendapatkan Linux itu gratis, namun bisa ada biaya untuk mendownload, mengcopy, mengirim ke tujuan pemesan, dan menginstal ke komputer.
T: Apakah hanya izin mendapatkan yang gratis?
J: Tidak, menggunakannya tidak perlu bayar izin, mempelajari cara kerja Linux tidak perlu bayar izin, mengubah atau mengembangkannya tidak perlu bayar izin, dan menyebarluaskan termasuk menyewakan dijadikan warnet atau bahkan menjualnya juga tidak perlu izin.
T: Dari mana pembuat Linux dapat uang?
J: Dari pekerjaan membuat program, termasuk saat ikut membuat Linux. Pembuat Linux biasanya tidak jualan lisensi (surat izin di bidang software).
T: Bisakah cari uang selain membuat Linux?
J: Bisa, misalnya memodifikasi Linux agar sesuai kebutuhan pengguna tertentu.
T: Adakah uang di Linux selain membuat dan memodifikasi?
J: Ada, misalnya mengemas dalam bentuk paket buku, memberikan pelatihan, menyediakan jasa dukungan teknis (technical support), membuat program tambahan yang dapat dijalankan di Linux, dan lain-lain. Sekali lagi, bukan jualan surat izin atau lisensi.
T: Apa yang gratis selain lisensi software?
J: Buku (Free Documentation License, seperti buku TIK SMA/MA berbasis Linux/FOSS), lagu (free music, seperti yang ada di CD Linux BlankOn), film (open movie, seperti film big buck bunny), naik motor di bawah 50 CC juga tidak perlu membeli driver license (SIM).
T: Oh, bolehkah saya katakan kalau Linux itu seperti motor di bawah 50 CC, yang dapat berlari sekencang motor 100 CC, namun saya tidak berlu beli SIM?
J: Boleh, meskipun tidak 100 persen tepat, karena tidak ada batasan CC di Linux...hehehe.
8 comments:
Linux dianalogikan motor. Saya lebih setuju kalau Linux dianalogikan air minum. Air minum, pada dasarnya gratis. Kalau kita hidup di desa, kita tinggal pakai air tanah yang masih jernih, di rebus jadilah air siap minum.
Namun di kota, kita harus membayar biaya pengolahan kepada PDAM. Dan toh, tarifnya tetap murah, tapi pada dasarnya, kalau kita mau ambil sendiri di sumber air, kita olah sendiri, air itu murni gratis.
Seperti itu..
Ya, analogi Linux dan air juga masuk akal. Izin mendapatkan air dari sumur (misalnya) tidak perlu bayar. Alat atau tenaga yang digunakan untuk mengambil air tetap perlu biaya, misal membeli ember, membayar tukang angkut, dsb.
Hehe.
Saya jadi ada analogi lain.
Mungkin software proprietary bisa dianalogikan anggur, atau wine kelas atas..
Mahal, cara mbuatnya rahasia, dan kalau dikonsumsi terlalu banyak bisa menyebabkan kecanduan..
Dan karena mahal,
ga cocok buat Negara berkembang spt Indoenia... Selain tidak sehat..
Cocoknya buat negara yang dingin dan kaya..
Linux, ibarat air, semakin banyak diminum, semakin menyehatkan tubuh,
selain gratis...
kyknya skrg sdh banyak aplikasi di linix yg (hampir) sama dengan di Windows..tp dukungan terhadap printer kyknya msh kurang ya..
Program yg di buat bisa jalan di linux tp untuk cetak..msh susah..
Mg pengembangan distro2 selanjutnya lbh support terhadp printer..
Buat Eko,
Yang menyediakan support (driver) printer seharusnya pembuat printer, bukan pembuat Linux.
Coba pasang Windows, lalu pasang printer terbaru, pasti tidak dapat digunakan kalau pembuat printer tidak memebuat driver utk Windows. Demikian pula untuk Linux. Semoga makin banyak pembuat printer yang mensupport Linux, pembuat Linux pasti mensupport pula printer itu.
Pak Rus,
linux-nya (F/OSS) coba saya analogikan sbg blog,
baca/ngopi isi blognya (banyak yg) gratis, koneksi Internetnya bayar..
mesin blognya (ada yg) gratis, hosting-nya (ada yg) bayar :)
mo gratis semua...air putih aja copek... piye to mas
Hehehe... Pak Rus emang bisa banget kalo nulis yang gini-gini...
Keren pak..
Semua analogi diatas juga oke.
Yang pasti, Linux memberi kita kebebasan dalam memilih. Memilih yang bener-bener gratis juga bisa (minta ke temen dengan tampang melas :-D )
Post a Comment