Friday, March 13, 2009

Tip Mendirikan Training Center

Intro: Facebook memotivasi saya lebih banyak mengisi blog ini. :) Tulisan berikut ini hasil copy paste dari http://linux.or.id/node/3020 dengan sedikit modifikasi.

1. Pilih bentuk lembaga, apakah murni mencari keuntungan (ada dividen/sisa-hasil-usaha untuk pendiri/pemegang saham) atau lebih ke sosial (keuntungan tidak diberikan ke pendiri tapi digunakan untuk operasional termasuk utk gaji pengelola). Jika pertama (profit oriented) buat PT atau CV atau Koperasi. Jika kedua (not for profit), bisa berbentuk Yayasan. Keduanya boleh cari penghasilan, hanya beda dalam penggunaan laba.

2. Pilih bentuk pengelolaan, apakah mendirikan sendiri dari awal atau bergabung dengan lembaga lain. Bergabung itu berbentuk franchising, licensing, atau kerja sama bagi hasil.

2. a) Jika mendirikan sendiri, buat rencana usaha, mulai dari menetukan target pasar (siapa saja yang diharapkan mendaftar sebagai peserta) dan menentukan jenis pelatihan seperti apa yang akan diberikan (termasuk apa bedanya dengan yang lain). Istilah pemasarannya: Segmenting, Targeting, dan Positioinig. Buat hitungan perkiraan biaya awal (sewa/beli gedung, komputer, meja, dll.), biaya operasional (pemasaran: penyusunan produk, penentuan harga, pelatihan pengajar, promosi, gaji, dll.), dan perkiraan atau proyeksi pendapatan (kursus, migrasi, dll.).

2. b) Jika mau kerja sama, hubungi lembaga lain yang akan diajak kerja sama (bisa kontak saya japri ke email rus at nurulfikri.com jika mau kerja sama dengan NF http://www.nurulfikri.com).

3. Hasil kerjaan no.1 dan no.2 disusun ulang menjadi satu atau beberapa lembar kertas untuk diajukan ke investor. Kalau investor-nya diri sendiri, langsung ke no. 4.

4. Urus pendirian lembaga ke notaris (biaya antara 1,5 juta hingga 8 juta, tergantung jenis lembaga dan wilayah pendirian), dan urus surat izin ke kantor diknas kota/kabupaten, ini biasanya sangat mudah dengan biaya murah (terorinya gratis, parktiknya ada biaya ratusan ribu tergantung aturan dan orangnya di kota/kab).

5. Buat lowongan kerja untuk pengajar (full atau part time), manajer (bisa dirangkap pengajar), staf administrasi dan pemasaran. Jika mendirikan sendiri, modul bisa menggunakan buku-buku yang beredar di toko-toko atau di internet. Bisa juga meminta pihak lain membuatkan modul.

6. Mulai lakukan promosi. Ingat, barang yang baik tanpa promosi bisa tidak laku, sedang barang buruk yang dipromosikan secara baik bisa laku. Promosi bisa melalui media cetak (majalah seperti infolinux http://infolinux.co.id setahu saya punya tarif murah untuk lembaga kursus), media elektronik (jika via email jangan jadi spammer), brosur, spanduk, dan publikasi (mendukung kegiatan KPLI-KPLI atau komunitas Linux lainnya), dll.
Pesan Sponsor:
Gabung ke Asosiasi Open Source Indonesia (http://aosi.or.id) agar ikut dipromosikan dan dapat info kalau ada permintaan kerjaan/projek pelatihan untuk pemerintah/perusahaan yang banyak bermigrasi ke Linux/OSS. :-)

7. Menyiapkan hardware/software dan sistem perawatannya, serta sistem administrasi pendafaran, pelaksanaan, evaluasi, dan sistem keuangan (bisa paralel dengan no. 4, 5, dan 6). Jika no.2 memilih kerja sama, sistem operasional dan pemasaran disiapkan bersama dengan partner kerja sama. Kalau dengan NF ada software khusus untuk administrasi pendidikan non formal yang dikembangkan sendiri oleh teman-teman programmer NF, namanya SIPINTER (Sistem Informasi Pendidikan Terpadu). :-)

8 comments:

Unknown said...

wah wonderfull pak rus, masukan yang sangat berharga buat kita2 yang merasa "terpanggil" untuk terjun memperjuangkan linux..
referensi yang sangat berharga..
kalau sempat, mohon konsep kami diberi komentar, agar bisa jadi motivasi dan "keimanan".. karena pak rus adalah salah satu dari sekian banyak pejuang linux indonesia yang sudah cukup berpengalaman dan termasuk "generasi senior"..
salam linux..

joxers said...

duh pak Rus ini, sampai nulis link node nya segala..

berawal dari liat majalah info linux, jadi pengen buat linux training center juga, apa kursus kecil kecilan...?

mohon dukungannya pak...
di wilayah "purwokerto" ;)

Anonymous said...

Pak Rusmanto saya ingin mendirikan kursus komputer sendiri efektifny hari sabtu dang minggu karena saya seorang PNS. bagaimana saya menjangkau peserta dari luar kota

ruslinux said...

Kalau komputer dan ruang hanya untuk Sabtu-Minggu saja, perlu target pasar khusus, misal karyawan, dg perlakukan khusus sehingga bisa jadi kelas premium (biaya tinggi untuk menutupi kekosongan di Senin-Jumat). Kecuali ada hitungan non bisnis utk pc dan ruang pada Senin-Jumat, atau diabaikan dari sisi biaya penyusutan dan kekosongan ruang tidak merugikan (tidak ada peluang dinilai sebagai uang).

Sinung Nugroho said...

Pak Rus, saya dan temans sedang merancang tempat kursus bahasa inggris dan komputer. Pertanyaan saya, apakah untuk mengurus izin Diknas harus berbadan hukum dulu? (membuat CV / PT)
Ataukah bisa saja mengurus izin Diknas saja dulu. Baru nanti dibuat berbadan hukum?
Terima kasih.

ruslinux said...

Pak Sinung, untuk mengurus izin (tepatnya pendaftaran) sebaiknya ada organisasi di atasnya, boleh sekolah, yayasan, koperasi, cv, pt, atau pengurus masjid, atau apa saja. Misal buat organisasi Lembaga Pendidikan X, dengan pengurus misal ada Direktur atau Kepala sebagai penanggung jawab.

ManzTiara said...

Pak Rus ... numpang tanya

kalau badan hukum misalnya di kota A, apakah ngurus ke diknas kota A juga, tapi penyelenggaraannya di kota B ?

Atau bisa izin ke diknas kota B ?

Terima kasih

ruslinux said...

@ManzTiara, perizinan training harus diajukan di kota tempat training dilaksanakan. Dalam contoh ini badan hukum dibuat di kota A, izin diajukan ke kota B karena pelaksanaan di kota B.